Rabu, 14 Januari 2009
BUAT PERENUNGAN
Sebagai pegawai kantoran kalangan menengah, aku merasakan kehidupan yang lumayan di Jakarta. Dengan gaji yang memadai, rumah sendiri, mobil relatif baru (walaupun kategori lower-level class) , handphone model terbaru dan lingkungan kantor yang mendukung, menjadikan pekerjaan sebagai pegawai kantoran terasa nikmat dan membahagiakan. Kadang-kadang aku merasakan kebanggaan tersendiri dan tanpa sadar dada terlihat membusung dengan kondisi ini, hehehe...
Kegiatan rutin setiap hari; berangkat dari rumah jam 6.00 (masuk kantor jan 7.30). Memasuki kantor dan duduk di my lovely cubicle yang sudah dua setengah tahun aku tempati…selanjutnya berbaur dengan teman-teman yang sudah bisa dibilang sebagai keluarga kedua. Aktivitas kantor berjalan sangat baik, dan sepanjang semua target dapat dipenuhi, kegiatan rutin kantor berlalu tanpa terasa sampai kontrak harian kerja selesai jam 5 sore. Jam 6 sore adalah waktu yang paling sering aku gunakan sebagai start untuk pulang ke rumah/istanaku.
Hari itu, seperti biasa setelah mengakhiri rutinitas kantoran, jam 6 sore aku pulang untuk menemui kehidupanku yang lainnya. Sambil menunggu kemacetan lalulintas, aku berkeliling mall untuk window shopping. Saat itu kakiku tertuju ke Toko Buku Gunung Agung, sang jendela ilmu di muka bumi. Ditengah minatku untuk mengetahui buku-buku baru, aku membuka satu buku yang membahas bagaimana mengelola bisnis restoran. Just to take the point.. Lembar demi lembar kubuka mulai dari bab satu yang memberitahukan orang-orang yang terkenal di dunia makanan, lalu bisnis makanan apa saja yang paling sering dilakukan, terus dan terus, bahasan demi bahasan kubaca. Di tengah keasyikanku membaca, aku terperangah melihat sebuah judul ”Now Or never”. Wah... judul yang menarik. Make me so courious, untuk membelah isi artikel yang akan diceritakan buku ini.
Kata pertama yang dia keluarkan; ”Kenapa anda bangga dengan diri anda sekarang?” Wah... semakin tertantang diriku untuk membuka lembar selanjutnya.
Next pagenya adalah, laporan keuangan yang secara gamblang dia paparkan. Disitu digambarkan, bahwa si pengarang adalah pegawai dengan gaji 10 juta rupiah sebulan dengan keluarga yang memiliki anak satu, dan lalu dia menjabarkan:
1. Gaji 10.000.000
2. Biaya Hidup;
- Transportasi 750.000
- Uang makanku 500.000
- Makan keluarga 3.500.000
- Cicilan/kontrakan rumah 2.500.000
- Asuransi kesehatan 500.000
- Biaya sekolah anak 500.000
- Hiburan untuk keluarga 250.000
- Uang pakaian 500.000
- Biaya pemeliharaan rumah 250.000
- biaya tak terduga 250.000
- Total Biaya (9.500.000)
3. Simpanan/sisa 500.000
Hahaha... dia tertawa.... ”Apa yang kukerjakan selama sebulan penuh selama dua belas bulan hanya untuk 6.000.000 (500.000 x 12 bulan)?”
Belum lagi ada satu dan lain hal yang mendesak yang membuat kita harus mengurangi tabungan kita perbulan. Lalu apakah masih pantas kita membusungkan dada untuk membanggakan kita siapa? Lalu mencari dasi-dasi bagus untuk menempelkannya di dadaku yang terlalu busung yang menutupi pandangan mata kita terhadap perut kita yang terlalu buncit hingga malas berkembang dan menutupi kekurangan?
Di artikel ini dia menyentak; ”Apakah ini yang anda harapkan atas diri anda selama anda hidup? Anda di lahirkan dengan sebegitu sempurnanya dengan berbagai keahlian hanya untuk mengabdi menjadi pegawai dan di berikan makan lalu hiburan sebesar 6 juta setahun? Anda tidak semurah itu, maka sekarang hargailah diri anda dan rubahlah mindset anda untuk tidak hanya menunggu orang yang menentukan gaji anda akan tetapi diri anda sendiri. Sekarang bukalah mata anda dan berubah.
Ingat kalau tidak sekarang kapan lagi?”
Kata-kata yang sangat menarik membuatku terkagum dan terenyuh melihat dadaku yang masih terlalu busung dan menghalangi mata untuk melihat diri sendiri. Aku terlalu berbesar hati dan terlalu cepat puas dengan apa yang kumiliki sekarang. Sementara di sana ada segenggam emas yang menungguku untuk mengambilnya. Setelah membaca itu aku lalu menutup buku itu dan melangkahkan kaki pulang, dan merasakan angin segar baru merasuk jiwaku bahwa mulai besok aku akan menurunkan kebusungan dadaku, menurunkan kepalaku dan akan merencanakan sesuatu yang lebih baik lagi.
Mudah-mudahan pengalaman ini dapat juga menginspirasi anda untuk menghargai diri anda lebih dari yang bisa dihargai perusahaan atas diri anda yang begitu sempurna.
Sumber: D. Loebiz
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar