Senin, 29 Oktober 2012

Zhao Yun


Zhao Yun 


Zhao Yun Lahir di desa Zhending Propinsi Changshan (sekarang ZhengdingHebei) sekitar tahun 168 AD. Ia bergabung dengan Gongsun Zan pada akhir 191 atau permulaan 192 sebagai pemimpin untuk grup kecil sukarelawan. Pada 192 dia diperintahkan untuk membantu Liu Bei, yang hanya memiliki pangkat mayor untuk Gongsun Zan, tak lama Zhao Yun meninggalkan Gongsun Zan dan Liu Bei untuk menghadiri pemakaman kakaknya beberapa saat setelah itu.
Zhao Yun kembali bergabung dengan Liu Bei pada 200 AD, ketika Liu Bei dikalahkan Cao Cao dan pergi ke Yuan Shao. Zhao Yun dikatakan bersahabat dekat dengan Liu Bei. Semenjak itu, Zhao Yun Ikut dengan Liu Bei sepanjang perjalanannya di sekeliling utara negeri Cina.
Pada 208, Zhao Yun membuktikan kemampuannya pada pertempuran Changban. Ketika Liu Bei sedang melarikan diri keluarganya tertinggal. Maka Zhao Yun pergi ke utara, menimbulkan kecurigaan bahwa Zhao Yun menyerah kepada Cao Cao. Ketika seseorang melaporkannya ke Liu Bei, Liu Bei dengan marah melemparkan kapak dan berkata "Zilong tidak akan pernah mengkhianatiku". Benar saja tak berapa lama, Zhao Yun kembali dengan anak Liu Bei, Liu Shan di tangannya, Juga membawa Nona Gan istri Liu Bei. Dengan ini, Zhao Yun diangkat menjadi “General of the Standard”. Pada pertarungan ini Cao Cao sangat terkesan atas keberanian dan keahlian Zhao Yun dan memerintahkan untuk menangkap Zhao Yun hidup2x dengan harapan Zhao Yun menyerah kepadanya. Dalam pertarungan ini Zhao Yun tujuh kali menerobos keluar masuk tentara Cao Cao, membunuh ribuan prajurit, membunuh puluhan panglima musuh dan merebut 2 panji bendera Cao Cao. Dalam perjalanan kembali dia bertemu dengan Zhang Fei di jembatan Chang Ban, ketika dia menemui Liu Bei dengan Liu Shan yang tertidur di dekapannya Liu Bei dengan marah melempar anaknya ke tanah yang oleh Zhao Yun hampir gagal ditangkap kemudian Liu Bei berkata, “Untuk menyelamatkan anak itu aku hampir kehilangan seorang panglima terbaikku.” Hal ini untuk menunjukkan betapa Liu Bei menilai tinggi Zhao Yun.
Setelah pertempuran Chi Bi, Zhao Yun berperan besar untuk menaklukan wilayah Jiangnan untuk Liu Bei. Zhao dipromosikan sebagai mayor jendral dan diangkat sebagai gubernur Guiyang, menggantikan Zhao Fan. Zhao Fan ingin menikahkan kakak iparnya Nona Fan dengan Zhao Yun. Namun, Zhao Yun menolaknya dengan halus Zhao Fan mengatakan, “Margaku sama denganmu. Oleh karena itu aku menganggapmu sebagai kakakku.” Banyak yang menganggap Zhao Yun dan nona Fan adalah pasangan serasi dan menyarankan Zhao Yun untuk memperistri nona Fan. Zhao Yun menjelaskan, “Zhao Fan baru menyerah. Niatnya belum jelas. Lagipula banyak wanita di dunia ini.” pada akhirnya ia tidak memperistri nona Fan. Kekhawatirannya menjadi kenyataan; Zhao Fan kemudian melarikan diri dariGuiyang.
Ketika Liu Bei masuk ke propinsi Yi, dia mengangkat Zhao Yun sebagai pengawas markasnya (Liuying Sima) di Gong'an . Istri Liu Bei waktu itu adalah Nona Sun, adik Sun Quan. Dipengaruhi karena reputasi dan kekuatan kakaknya, dia dan pengawalnya sering bertindak semena-mena, dan melanggar hukum. Liu Bei mempertimbangkan karena Zhao Yun serius, tegas dan loyal, Yun pasti dapat mengendalikan semuanya. Oleh karena itu, Liu Bei memberikan Zhao Yun otoritas untuk semua urusan internal di Gongan (di saat yang bersamaan untuk mengawasi Nona Sun and pengikutnya). Segera setelah itu Liu Bei meninggalkan Propinsi Jing, Sun Quan secara rahasia memanggil adiknya untuk kembali. Nona Sun memutuskan untuk membawa Liu Shan, namun Zhao Yun dan Zhang Fei berhasil menghentikannya di sungai Yangtze dan menyelamatkan tuan muda mereka..
Zhao Yun diangkat menjadi “General Yijun” setelah Liu Bei mendapatkan Chengdu. Pada waktu yang sama anak buah Liu Bei menyarankan agar para perwira dihadiahkan lahan dan properti disekelilingChengdu supaya mereka bisa menempatinya. Zhao Yun menyarankan untuk mengembalikannya pada rakyat karena mereka telah menderita oleh perang dan Liu Bei menyetujuinya..
Pada 219, Liu Bei dan Cao Cao berperang untuk wilayah Hanzhong. Cao Cao mempunyai banyak perbekalan di Gunung utara. Zhao Yun mengirim pasukannya bersama Huang Zhong, salah satu Jendral besar Liu Bei, untuk menyerang tentara Cao Cao dan merebut persediaan. Huang Zhong tidak kembali pada waktunya. Zhao Yun bersama segelintir pasukannya pergi mencari Huang Zhong. Zhao Yun bertemu dengan pasukan pelopor Cao Cao. Tidak berapa lama mereka bertempur, Tentara utama Cao Cao tiba. Situasi menjadi sangat genting untuk Zhao Yun, karena dia dan anak buahnya kalah jumlah. Zhao Yun memutuskan untuk menyerang barisan depan tentara Cao Cao membuat mereka terkejut oleh serangan ini dan berpencar sementara. Namun tak lama mereka bergabung kembali dan mengepung Zhao Yun. Zhao Yun berjuang untuk keluar dan kembali ke kemahnya. Ketika dia tahu salah seorang perwiranya Zhang Zhu terluka dan tertinggal ia kembali untuk menyelamatkannya.
Tentara Cao Cao mengejar Zhao Yun sampai ke kemahnya. Pada saat itu administrator Mianyang, Zhang Yi, ada di Kemah Zhao Yun. Zhang Yi berpikir untuk menutup semua gerbang guna menghadapi serangan Cao Cao. Namun sekembalinya, Zhao Yun memerintahkan semua bendera diturunkan dan disembunyikan, semua drum perang diam, dan gerbang dibiarkan terbuka sementara ia sendiri berdiri di gerbang. Curiga akan adanya jebakan, Cao Cao dan tentaranya mundur. Melihat ini Zhao Yun memerintahkan anak buahnya memukul genderang perang sekeras2xnya, dan para pemanahnya menembaki tentara Cao Cao. Terkejut oleh serangan ini tentara Wei tercerai berai. Ketika berusaha kabur, tentara Wei tergesa-gesa menuju sungai Han, dan karena kebingungan dan kepanikan banyak yang tercebur dan tenggelam..
Sehari setelah pertempuran, Liu Bei tiba untuk melihat medan pertempuran. Dia berkata, “Zilong memiliki keberanian dari yang paling berani.” Liu Bei memerintahkan perayaan, lengkap dengan anggur dan musik sampai larut malam, untuk Zhao Yun. Sejak saat itu, Tentara Liu Bei menjuluki Zhao Yun “The General with the Might of a Tiger”.
Pada 221 Liu Bei memproklamirkan dirinya sebagai kaisar Shu Han. Pada saat yang sama menyatakan perang kepada Sun Quan untuk membalas kematian Guan Yu dan propinsi Jing. Zhao Yun berusaha untuk mencegah Liu Bei berperang, dan menyerang Wei lebih dulu. Liu Bei menolak dan tetap berperang dengan Wu. Dia meninggalkan Zhao Yun untuk mengawasi Jiangzhou. Setelah Liu Bei kalah oleh Lu Xun pada pertempuran Yiling, Zhao Yun dan tentaranya menuju Yong'an. Pada saat itu, tentara Wu telah mundur karena serangan Wei.
Liu Bei meninggal pada 223, dan anaknya Liu Shan meneruskan tahtanya. Tahun itu, Zhao Yun diberi pangkat “General who Conquers the South”, dan Komandan militer utama. Dia juga dianugerahi gelar “Marquis of Yongchang Ting”. Tak lama, Zhao Yun dipromosikan menjadi “General who Guards the East.” Pada 227, Zhao Yun ikut serta bersama Zhuge Liang Ke HanZhong untuk mempersiapkan Ekspedisi ke Utara yang pertama. Tahun berikutnya, Zhuge Liang mengirim Zhao Yun ke Jigu untuk mengalihkan perhatian tentara Wei yang dipimpin Cao Zhen. Tentara utama Zhuge Liang mengalami kekalahan di Jieting karena kecerobohan Ma Su. Pada saat yang sama melawan lawan yang lebih banyak dan terlatih, Zhao Yun tidak mampu memperoleh kemenangan dan memutuskan untuk mundur tentara Wei mengejar. Namun, Zhao Yun segera mengumpulkan tentaranya dan mempertahankan posisi mereka dengan gigih. 
Ketika Pasukan Zhao Yun sampai di Han Zhong, Zhuge Liang sangat terkesan karena tentara utama Zhao Yun tidak tercerai-berai dan dapat kembali dengan korban yang minimal. Ketika ditanyakan kepada anak buahnya semua menjawab karena Zhao Yun dengan gigih menjaga mereka waktu mundur. Zhuge Liang berkata, “Sungguh seorang Jenderal yang hebat.” Ia menghadiahi Zhao Yun dengan emas dan 10.000 kain sutera untuk tentaranya. Namun Zhao Yun mengembalikan semuanya sambil berkata, “Seluruh tentara mengalami kekalahan, Dan itu merupakan kesalahan kami juga. Aturan mengenai penghargaan dan hukuman harus ditaati. Aku berharap agar hadiah ini disimpan hingga musim dingin, dimana nanti bisa dibagikan kepada tentara." Ketika Kaisar Liu Bei masih hidup, Ia tidak pernah lelah memuji kebajikan dan jasa Zhao Yun. Kaisar Liu Bei sangat benar," kata Zhuge Liang. Dan Zhuge Liang bertambah kagum pada Zhao Yun.
Pada 229 AD, Zhao Yun meninggal di Han Zhong dan kesedihan menyelimuti tentara Shu. Zhuge Liang sangat sedih sambil menangis dia berkata, “Temanku telah tiada. Negara kita telah kehilangan salah satu pilarnya, dan untukku tangan kananku!" Zhao Yun menerima gelar anumerta Marquis Shunpingdari Liu Shan pada 261.

Guan Yu


Guan Yu / Kan’u unchouu



Quote:
Guan Yu adalah seorang jenderal yang melayani di bawah panglima perang Liu Bei selama akhir Dinasti Han Timur dan era Tiga Kerajaan. Ia memainkan peran penting dalam perang yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Han dan pembentukan Kerajaan Shu, dimana Liu Bei adalah kaisar pertama.

Sebagai salah satu tokoh sejarah Cina yang paling dikenal di seluruh Asia Timur, Kisah kehidupan Guan Yu telah diwariskan secara turun-temurun di mana perbuatan dan kualitas moralnya telah dibuktikan.


Guan Yu didewakan sejak Dinasti Sui dan masih disembah oleh orang-orang Cina saat ini, terutama di Cina bagian selatan. Dia dihormati sebagai lambang kesetiaan dan kebenaran.

Penampilan Fisik:

Guan Yu secara tradisional digambarkan sebagai seorang gagah berwajah merah dengan janggut subur panjang. Sementara janggutnya benar-benar disebut dalam Catatan Tiga Kerajaan, ide wajahnya yang merah mungkin berasal dari deskripsi dalam Bab Salah satu Kisah Tiga Kerajaan, di mana muncul kalimat berikut:
“Xuande melirik laki-laki, yang berdiri di ketinggian sembilan chi (1 chi = 0,3333m jadi tinggi Guan Yu hampir 3 meter), dan memiliki dua chi (0.7 m) jenggot panjang; wajahnya seperti warna Jujube, dengan bibir merah ; matanya seperti mata phoenix, ] dan alisnya mirip ulat sutra. Dia punya aura yang bermartabat dan tampak sangat perkasa.” 
Mungkin juga, gagasan wajahnya yang merah bisa dipinjam dari opera2x China, di mana wajah-wajah merah menggambarkan kesetiaan dan kebenaran. Konon, senjata Guan Yu adalah sebuah guandao bernama Green Dragon Crescent Blade, yang menyerupai tombak dan dikatakan memiliki berat 82 kati (sekitar 49,5 kg atau 109 lbs). Sebuah replika kayu dapat ditemukan di Kuil Kaisar Guan di Xiezhou County, Cina. Ia digambarkan mengenakan jubah tradisional berwarna hijau di atas pelindung tubuh, seperti yang digambarkan dalam Kisah Tiga Kerajaan.




Dalam Kisah Tiga Negara

Novel sejarah Kisah Tiga Negara ditulis oleh Luo Guanzhong memuliakan Guan Yu dengan menggambarkan dia sebagai orang jujur dan setia. Berikut ini adalah beberapa cerita yang melibatkan Guan Yu dari novelnya:

Early life

Dalam Bab 1, Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei bertemu di Zhuo County dan mengambil sumpah persaudaraan di Peach Garden, dengan demikian ia menjadi saudara dengan Liu Bei dan Zhang Fei. Diantara mereka bertiga Guan Yu . Sumpah ini menjadi prinsip penuntun untuk Guan Yu dan mempengaruhi sebagian besar kehidupannya di kemudian hari. Guan Yu berpegang teguh pada sumpah ini sampai kematian-Nya dan selalu setia kepada sumpah ini.

Dalam Bab 5, Guan Yu membuat namanya terkenal dengan membunuh panglima yang tampaknya tidak terkalahkan Jendral Hua Xiong dalam kampanye melawan Dong Zhuo. Ketika itu Yuan Shao tidak percaya bahwa Guan Yu bisa mengalahkan Hua Xiong, begini kutipan dari novelnya:

”Sebuah penghinaan untuk kita semua!” Seru Yuan Shao dari tempat duduknya. “Apa kita tidak mempunyai panglima lagi? Beraninya seorang pemanah berkuda (Jabatan Guan Yu waktu itu hanya seorang pemanah berkuda alias prajurit biasa) berbicara demikian? Ayo kita eksekusi dia!”

Tapi Cao Cao menengahi, “Tenang tuan Yuan Shao! Karena pria ini berbicara demikian, dia tentunya tangguh. Biar dia mencoba. Kalau dia gagal, barulah kita hukum dia.”

“Hua Xiong akan mentertawakan kita kalau mengirim prajurit biasa melawannya.” Kata Yuan Shao

“Orang ini tidak kelihatan seperti prajurit biasa. Bagaimana musuh tahu kalau dia hanya prajurit biasa?” Kata Cao Cao

“Bila aku gagal tuan bisa memenggal kepalaku!” Kata Guan Yu.

Cao Cao meminta pelayan menghangatkan anggur dan memberikannya pada Guan Yu sebelum dia pergi.

“Letakkan saja disitu,” Kata Guan Yu “Aku akan segera kembali.”

Guan Yu pergi dengan senjatanya dan melompat ke kudanya. Mereka yang di tenda itu mendengar deru genderang perang dan suara keras seperti langit runtuh dan bumi bergetar, bukit2x gemetar dan gunung terpecah-belah. Dan mereka semua ketakutan. Ketika mereka mendengar dengan seksama, suara denting bel kuda terdengar, dan Guan Yu kembali, membawa kepala dari musuh mereka Hua Xiong.

Anggurnya masih hangat


Kemudian, ketiga bersaudara ini bersumpah menantang Jenderal perkasa Lü Bu di Hulao Pass dan berhasil memaksa Lü Bu untuk mundur meskipun mereka tidak pernah mengalahkan dia.

Ketika berada di bawah Cao Cao

Dalam Bab 25, Cao Cao menyerang wilayah Liu Bei dari Xuzhou dan mengalahkan pasukan Liu Bei. Ketiga bersaudara ini pun terpisah sementara. Guan Yu bertugas membela Xiapi, di mana istri Liu Bei diberi tempat tinggal. Guan Yu dipancing keluar dari kota dan terkepung di bukit dekatnya sementara kota ini jatuh ke pasukan Cao Cao. Cao Cao mengirim Zhang Liao untuk membujuk Guan Yu untuk menyerah. Guan Yu mengkhawatirkan keselamatan saudara perempuannya mertuanya ketika ia melihat bahwa sebagai tanggung jawabnya. Setelah banyak pertimbangan, Guan Yu setuju untuk tunduk kepada Cao Cao dengan tiga syarat:

  1. Dalam nama, Guan Yu menyerahkan kepada Emperor Xian (yang sebenarnya penguasa boneka di Cao Cao kontrol) dan tidak untuk Cao Cao.
  2. Istri Liu Bei tidak boleh dirugikan dengan cara apapun. Mereka harus diperlakukan dengan penuh hormat dan kehormatan.
  3. Jika Guan Yu berhasil menemukan keberadaan Liu Bei (yang nasibnya belum diketahui setelah pertempuran) suatu hari, ia akan meninggalkan Cao Cao agar bisa bersatu dengan saudara angkatnya itu.

Cao Cao setuju untuk syarat2x ini meskipun ia merasa cemas untuk syarat yang terakhir. Guan Yu kemudian diserahkan kepada Cao Cao dan bertugas kepada Cao Cao untuk jangka waktu yang singkat. Oleh Cao Cao, Guan Yu diperlakukan dengan sangat hormat dan diberikannya kepada Guan Yu hadiah2x, kemewahan dan wanita, serta kuda yang terkenal Red Hare yang dulu milik Lü Bu. Guan Yu tidak terlalu kesan terhadap hadiah-hadiah Cao Cao, tetapi ketika Cao Cao memberinya kuda Red Hare, ia berlutut dan berterima kasih Cao Cao. Ketika Cao Cao bertanya alasannya, Guan Yu menjawab, "Tuan, saya sangat berterima kasih kepada Anda untuk tunggangan ini karena dengan itu, aku bisa mencapai saudara angkat saya dalam jangka waktu yang lebih singkat jika saya tahu di mana dia berada.” Cao Cao agak menyesal setelah mendengar hal ini namun ia tak dapat menarik hadiah itu kembali.

Juga dalam Bab 25, dalam pertempuran antara pasukan Cao Cao dan panglima perang Yuan Shao di tepi Sungai Kuning, jendral Cao Cao dikalahkan oleh Jendral pasukan Yuan Shao, Yan Liang. Cao Cao ingin mengirim Guan Yu untuk menantang Yan Liang tapi ia ragu-ragu karena dia tidak ingin Guan untuk membuat kontribusi. Guan sebelumnya mengatakan bahwa ia akan menunjukkan rasa terima kasih kepada Cao Cao dengan membuat beberapa kontribusi untuk Cao Cao sebelum ia dapat pergi. Namun demikian, dengan terpaksa Cao Cao mengutus Guan Yu untuk melawan Yan Liang dan Guan Yu menang, membunuh Yan Liang dan kembali dengan kepalanya. Dalam bab berikut, Wen Chou, Jendral Yuan Shao lainnya datang untuk membalaskan dendam kematian Yan Liang. Wen mengalahkan beberapa panglima terbaik Cao Cao termasuk Zhang Liao dan Xu Huang. Guan Yu membuat kontribusi besar lainnya kepada Cao Cao dengan membunuh Wen Chou.

Melewati 5 Gerbang dan membunuh Enam Jenderal

Dalam Bab 26, Guan Yu akhirnya menerima kabar bahwa Liu Bei masih hidup dan saat ini berada dalam perlindungan Yuan Shao. Guan memutuskan untuk meninggalkan Cao Cao bersama-sama dengan istri-istri Liu Bei untuk bergabung dengan Liu Bei. Guan Yu mencoba menyampaikan perpisahan Cao Cao secara pribadi sebelum berangkat, tapi Cao Cao tidak memberinya kesempatan untuk melakukannya. Frustrasi, Guan Yu akhirnya menulis surat perpisahan untuk Cao Cao dan pergi. Ia tidak membawa satu pun barang2x dan hadiah pemberian Cao Cao, kecuali Red Hare. Dia bahkan melepaskan gelar sebagai Marquis of Han Shoudengan meninggalkan segel resminya. Bawahan Cao Cao merasa bahwa Guan Yu bersikap terlalu kasar dan arogan dengan meninggalkan tanpa mengucapkan selamat tinggal dan ingin mengejar dia dan membawanya kembali. Namun, Cao Cao tahu bahwa tidak ada yang bisa menghentikan keinginan Guan Yu dan ia memberi perintah untuk para pejabat di sepanjang jalan untuk memberi jalan kepada Guan Yu.

Guan Yu berkuda di samping kereta membawa istri2x Liu Bei dan mengantar mereka dengan selamat sepanjang jalan. Pertama adalah mereka mencapai Dongling Pass (东岭关, sekarang selatan Dengfeng, Henan). Petugas penjaga Kong Xiu menolak untuk mengizinkan Guan Yu karena Guan tidak punya izin resmi dengan dia. Marah, Guan Yu membunuh Kong Xiu dan memaksa melewati jalan.

Mereka tiba di kota Luoyang berikutnya. Gubernur Han Fu membawa 1.000 pria untuk blokade jalan Guan Yu. Bawahan Han Meng Tan menantang Guan Yu berduel tapi ditebas menjadi dua oleh Guan. Sementara Guan bertarung dengan Meng, Han Fu diam-diam membidik dan menembak panah di Guan Yu. Panah mengenai lengan Guan Yu dan melukai dirinya, tetapi Guan Yu menarik panah dari lukanya dan berikutnya membunuh Han Fu. Para prajurit terkejut segera memberi jalan dan mereka melewati dengan aman.

Rombongan Guan Yu tiba di Sishui Pass (汜水, sebelah utara sekarang Xingyang, Henan). Petugas penjaga Bian Xi menerima rombongan Guan Yu dengan sambutan yang hangat dan mengundang Guan ke sebuah pesta di kuil di luar pos. Tetapi, Bian Xi telah memerintahkan 200 dari anak buahnya bersembunyi di dalam kuil untuk membunuh Guan Yu. Untungnya, salah seorang biarawan bernama Pujing, yang juga berasal dari kampung halaman Guan Yu, mengisyaratkan untuk Guan Yu akan bahaya yang tersembunyi. Penyergapan gagal dan Guan Yu membunuh Bian Xi dan melewati Sishui Pass.

Gubernur Xingyang, Wang Zhi, mengadopsi skema yang sama untuk membunuh Guan Yu. Seperti Bian Xi, ia berpura-pura ramah terhadap Guan Yu dan Guan Yu memimpin partai ke sebuah rumah yang sudah disediakan bagi mereka untuk menetap di malam. Setelah itu, Wang memerintahkan bawahannya Hu Ban untuk memimpin 1.000 pria untuk mengepung rumah itu diam-diam dan membakarnya di tengah malam. Penasaran ingin tahu bagaimana rupa Guan Yu yang terkenal, Hu Ban mencuri pandang pada Guan Yu. Guan melihat Hu Ban dan mengundangnya ke dalam ruangan. Guan Yu telah bertemu ayah Hu sebelumnya dan membawa surat ayah Hu dengannya. Dia memberikan surat kepada Hu Ban, setelah membacanya Hu Ban memutuskan untuk membantu Guan Yu. Hu Ban mengungkapkan rencana jahat Wang Zhi dan membuka gerbang kota diam-diam untuk Guan Yu dan rombongannya pergi. Wang Zhi menyusul beberapa saat kemudian, tetapi Guan Yu berbalik dan membunuhnya.

Rombongan Guan Yu akhirnya tiba di tempat penyeberangan di tepi selatan Sungai Kuning. Qin Qi, petugas yang bertanggung jawab, menolak untuk mengizinkan Guan Yu untuk menyeberangi sungai dan terbunuh oleh Guan Yu yang marah. Guan Yu dan rombongannya lalu menyeberangi sungai dengan aman dan masuk ke wilayah Yuan Shao. Namun, mereka segera menyadari bahwa Liu Bei tidak lagi berada di wilayah Yuan dan telah pergi untuk Runan. Guan Yu dan rombongannya kemudian membuat perjalanan panjang mereka kembali dan akhirnya dipersatukan kembali dengan Liu Bei dan Zhang Fei di Gucheng.

Melepaskan Cao Cao di lembah Huarong

Dalam Bab 50, setelah menderita kekalahannya dalam Pertempuran Red Cliffs, Cao Cao melarikan diri dengan prajuritnya yang masih hidup ke arah kota Jiangling. Ahli strategi militer utama Liu Bei Zhuge Liang telah meramalkan kekalahan Cao Cao dan memperkirakan rute pelarian Cao Cao. Dia memerintahkan Guan Yu untuk memimpin 5.000 pria dan bersembunyi untuk menyergap di sepanjang Huarong Trail, jalan sempit di hutan mengarah Jiangling. Sebelum keberangkatannya, Guan Yu membuat sumpah militer berjanji bahwa ia tidak akan mengingat kebajikan Cao Cao kepadanya. Jika ia gagal melakukannya, ia akan menghadapi hukuman mati di bawah hukum militer. Seperti yang diharapkan, Cao Cao melewati lembah Huarong setelah disergap oleh Zhao Yun dan Zhang Fei di sepanjang rute melarikan diri.

Cao Cao dan anak buahnya bertemu Guan Yu dan pasukannya. Cao Cao berbicara kepada Guan Yu dan memohon padanya untuk mengampuni hidupnya dan mengingatkannya tentang hubungan masa lalu mereka. Guan Yu terharu ketika ia ingat kebaikan yang ia terima dari Cao Cao. Juga, ketika ia melihat penderitaan Cao Cao yang baru kalah dan Zhang Liao, yang sebelumnya ia diselamatkan dari kematian, dia memutuskan untuk membiarkan Cao Cao dan anak buahnya untuk pergi. Setelah kembali, Guan Yu mengaku bersalah telah melanggar janji yang dibuat sebelumnya dan menyatakan kesediaannya untuk menerima eksekusi. Namun, dengan campur tangan Liu Bei dan Zhang Fei, Zhuge Liang memutuskan untuk mengampuni Guan Yu mengingat jasa Guan Yu di masa lalunya. Sebenarnya Zhuge Liang telah menduga Guan Yu akan melepaskan Cao Cao dan ia memang sengaja agar Guan Yu dapat membuktikan belas kasihnya dan mempercepat pembentukan Tiga Kerajaan.

Hua Tuo mengobati lengan Guan Yu

Dalam Bab 75, selama pengepungan pada Fancheng (樊城, sekarang Xiangfan, Hubei), lengan Guan Yu terluka oleh sambaran panah yang ditembakkan oleh musuh. Panah itu segera dicabut tapi racun yang dioleskan pada mata panah sudah meresap ke dalam lengan Guan Yu. Guan Yu tidak mau memerintahkan pasukannya untuk mundur sehingga bawahannya mencari seorang tabib untuk mengobati lukanya. Tabib yang terkenal Hua Tuo muncul tepat pada waktu dan menawarkan diri untuk merawat luka Guan Yu.

Hua Tuo mendiagnosa bahwa dia perlu melakukan operasi pada lengan Guan Yu, dengan memotong membuka dan mengorek daging dari sisa-sisa racun pada tulang. Hua juga menyarankan bahwa Guan Yu akan menutup mata dan mengikat lengannya erat-erat karena akan dilakukan operasi dan tidak adanya anestesi juga sebagian besar pasiennya tidak dapat tahan rasa sakit luar biasa dari operasi itu. Namun, Guan Yu meminta agar operasi dilakukan di tempat dan ia terus melanjutkan permainan Weiqi dengan Ma Liang selama operasi. Sepanjang operasi, mereka yang menonton di dekatnya merasa ngeri saat mereka menyaksikan adegan mengerikan di depan mereka, tetapi Guan Yu tetap tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit sama sekali. Akhirnya, Hua Tuo berhasil menyembuhkan luka Guan Yu dan menjahitnya setelah menerapkan pengobatan dan kemudian pergi tanpa menerima imbalan apapun.

The Death Of the God Of War

Sebelum berangkat menyerang Fancheng atas perintah Liu Bei, Sun Quan mengirim utusan kepada Guan Yu untuk menikahkan anaknya dengan anak perempuan Guan Yu. Namun Guan Yu menolaknya dengan keras bahkan hampir membunuh utusan itu sambil berkata, "Mana bisa anak macan (anaknya) dikawinkan dengan anak anjing (anak Sun Quan)!" Untunglah utusan tersebut berhasil diselamatkan oleh Guan Ping dan Wang Lei. Akibat hal ini Sun Quan merasa sakit hati dan berniat merebut JingZhou

Guan Yu menemui ajalnya di Maicheng, Ketika ia sedang menggempur istana Fan yang di jaga oleh Cao Ren ia mengalami kekalahan dari pasukan bala bantuan Wei yang dipimpin oleh Xu Huang. Ditambah lagi pasukan Wu yang dikomandoi oleh Lu meng berhasil merebut Jing karena dibantu oleh Mi Fang dan Fu Shiren anak buah Guan Yu yang membelot.

Terdesak dengan sedikit perbekalan dan prajurit Guan Yu mencoba melarikan diri ke Yizhou (Shu) namun Lu Meng telah memperkirakan hal ini dan menempatkan pasukan di tempat yang dilalui oleh Guan Yu. Guan Yu dan anaknya Guan Ping berhasil ditangkap oleh Pan Zhang, lalu mereka berdua di hukum mati oleh Sun Quan. Sampai akhir hayatnya ia menolak untuk menyerah kepada Sun Quan karena kesetiannya pada Liu Bei.

Pencerahan di Yuqian Hill

Dalam Bab 77, setelah kematian Guan Yu di tangan Sun Quan, penguasa Wu, rohnya menjelajahi wilayah, sambil berteriak, "Kembalikan kepalaku!". Rohnya datang ke Bukit Yuquan luar Dangyang County (sekarang Dangyang, Hubei), dan ditemui Pujing, biarawan yang menyelamatkan hidupnya beberapa tahun lalu di Sishui Pass. Pujing berbicara dengan lembut, "Sekarang Anda meminta kepala Anda, tapi dari siapakah Yan Liang, Wen Chou, para penjaga perbatasa dan banyak orang lain meminta kepala mereka?" Jiwa Guan dengan demikian tercerahkan dan menghilang, tapi selanjutnya terwujud di sekitar bukit dan melindungi penduduk setempat dari yang jahat. Penduduk setempat membangun sebuah kuil di atas bukit untuk menyembah roh.

Rahib Pujing dikatakan telah membangun sebuah gubuk untuk dirinya sendiri di kaki tenggara Yuquan Hill selama tahun-tahun terakhir Dinasti Han Timur. The Yuquan Temple (玉泉寺), kuil tertua di daerah Dangyang dari tempat pemujaan Guan Yu berasal, dibangun di lokasi yang tepat dari pondok, dan konstruksi telah selesai hanya sampai Dinasti Sui.

Setelah kematian

Dalam Bab 77, setelah Wu merebut Jingzhou dan dibunuh Guan Yu, penguasa Sun Quan mengadakan sebuah perjamuan untuk merayakan kemenangan untuk menghormati komandan militer Lü Meng, yang merencanakan serangan terhadap Jingzhou. Ketika pesta berlangsung, Guan Yu merasuki Lü Meng dan menawan Sun Quan. Ketika yang lain bergegas ke depan untuk menyelamatkan Sun Quan, Lü Meng yang kerasukan bersumpah akan membalas dendam sebelum ambruk ke lantai. Beberapa saat kemudian, Lü Meng meninggal. Sun Quan sangat ketakutan dan dia mengirim kepala Guan Yu kepada Cao Cao, berharap untuk mendorong tanggung jawab kematian Guan Yu ke Cao dan menabur perselisihan antara Shu dan Cao Cao.

Ketika Cao Cao membuka kotak yang berisi kepala Guan Yu, ia melihat ekspresi wajah Guan menyerupai orang yang hidup. Dia tersenyum dan berbicara ke kepala, "Saya harap Anda baik-baik saja sejak terakhir kita berpisah." Namun tiba2x, kepala Guan Yu membuka mata dan mulut dan janggut panjang dan rambut berdiri di ujungnya. Cao Cao terjatuh dan tidak sadarkan diri, ia baru kembali sadar setelah waktu yang lama. Setelah sadar, ia berseru, "Jenderal Guan adalah benar-benar seorang dewa dari surga!" Lalu ia memerintahkan kepala untuk dimakamkan dengan penghormatan selayaknya seorang pangeran.


Zhuge Liang - The Sleeping Dragon

Zhuge Liang - The Sleeping Dragon
(181 - 234 A.D)






Zhuge Liang (181–234) adalah seorang Perdana Menteri negara Shu Han pada masa Tiga Kerajaan (Sam Kok) dalam sejarah Cina. Dia sering dikenal sebagai ahli strategi terhebat dan terbaik pada masa tersebut.

Sering digambarkan mengenai jubah Taois dan sebuah kipas tangan dari bulu bangau, Zhuge Liang bukan hanya seorang ahli strategi militer dan ahli politik; dia juga seorang pelajar dan penemu. Reputasinya sebagai seorang penemu dan pelajar yang ternama tumbuh meski ia masih hidup dalam tempat terpencil, membuatnya dijuluki dengan nama "Wolong" (臥龍; atau: "Crouching Dragon").

Zhuge adalah sebuah nama yang tidak umum untuk nama keluarga karena terdiri dari dua huruf(Cina). Nama Zhuge telah menjadi sinonim dengan kepandaian dan strategi dalam budaya Cina.

Early Life:

Zhuge Liang dilahirkan di Yangdu, Langya Commandery (sekarang Yinan County, Shandong). Dia menjadi yatim piatu pada usia dini, dan dibesarkan oleh pamannya, Zhuge Xuan Dia mengikuti pamannya tinggal di Jing Propinsi bawah Liu Biao kemudian. Setelah pamannya meninggal, Zhuge Liang dan saudara-saudaranya menetap di Wolonggang (di masa kini-hari Henan) untuk sepuluh tahun mendatang atau lebih, hidup sederhana - pertanian di siang hari dan belajar di malam. dua kakak perempuan Zhuge Liang menikah dengan anggota klan yang berpengaruh dengan koneksi yang kuat di wilayah tersebut.



Kuil Marquis Wu di Chengdu, sebuah kuil pemujaan Zhuge Liang.

Zhuge Liang menikmati membaca Liangfu Yin (梁 父 吟), sebuah lagu rakyat yang populer di Shandong, tempat kelahirannya. Dia juga suka membandingkan dirinya untuk Guan Zhong dan Yue Yi, dua tokoh-tokoh sejarah terkenal. Ia mengembangkan persahabatan yang erat dengan anggota sastrawan lokal, seperti Xu Shu, Cui Zhouping, Meng Jian dan Shi Tao. Zhuge Liang juga mempertahankan hubungan dekat dengan para intelektual terkenal lainnya, seperti Sima Hui, Pang Degong dan Huang Chengyan. Huang Chengyan pernah berkata kepada Zhuge Liang, "Saya mendengar bahwa Anda sedang mencari pasangan, aku mempunyai seorang putri yang tidak cantik dengan wajah kuning dan kulit gelap, tapi bakatnya setara denganmu.." Zhuge Liang setuju dan menikahi putri Huang Chengyan.

Menjadi pegawai Liu Bei:

Pada saat itu, Liu Bei tinggal di Xin Ye saat dia berlindung di bawah Gubernur Provinsi Jing, Liu Biao. Liu Bei mengunjungi Sima Hui, yang mengatakan kepadanya, "Akademis Konghucu dan cendekiawan umum, berapa banyak yang mereka ketahui tentang urusan saat ini? Mereka yang menganalisis urusan saat ini dengan baik adalah Crouching Dragon dan Young Phoenix." Xu Shu juga merekomendasikan Zhuge Liang kepada Liu Bei, dan Liu ingin meminta Xu untuk mengundang Zhuge untuk bertemu dengannya. Namun, Xu Shu menjawab, "Anda harus mengunjungi orang ini secara pribadi. Ia tidak dapat diundang untuk bertemu Anda." Liu Bei berhasil merekrut Zhuge Liang di 207 setelah melakukan tiga kunjungan pribadi. Zhuge Liang menyajikan rencana Longzhong (Tiga kerajaan) kepada Liu Bei dan keluar dari kediamannya untuk mengikuti Liu. Setelah itu, Liu Bei menjadi sangat dekat dengan Zhuge Liang dan sering melakukan diskusi dengan dia. Guan Yu dan Zhang Fei tidak puas dan mengeluh. Liu Bei menjelaskan, "Sekarang aku sudah memiliki Kongming (nama style Zhuge Liang), itu hanya seperti ikan masuk ke air yang saya harap kalian berdua berhenti membuat pernyataan yang tidak menyenangkan.." Guan Yu dan Zhang Fei kemudian berhenti mengeluh.

Sebagai seorang Utusan:

Pada 208, Liu Biao meninggal dan digantikan oleh putranya yang paling kecil, Liu Cong, yang menyerahkan propinsi Jing kepada Cao Cao. Ketika Liu Bei mendengar Liu Cong menyerah, ia memimpin para pengikutnya (baik tentara dan warga sipil) pada sebuah eksodus selatan menuju Xiakou, bertemu dengan pasukan Cao Cao dalam pertempuran singkat pada Pertempuran Changban. Sementara di Xiakou, Liu Bei mengirim Zhuge Liang untuk mengikuti Lu Su untuk Jiangdong untuk membahas pembentukan aliansi antara dia dan Sun Quan.

Zhuge Liang bertemu dengan Sun Quan dalam Chaisang dan mengusulkan dua solusi untuk Sun, "Jika Anda dapat menggunakan kekuatan Wuyue untuk melawan Kerajaan Tengah, mengapa tidak memutuskan hubungan (dengan Cao Cao) terlebih dahulu? Jika Anda tidak dapat menentang, mengapa tidak demobilisasi tentara, membuang persenjataan dan menyerah ke utara?" Setelah penasihat Sun Quan, Zhou Yu, menganalisis situasi dan menunjukkan kelemahan dalam tentara Cao Cao, Sun akhirnya sepakat untuk bersekutu dengan Liu Bei dalam melawan Cao. Zhuge Liang kembali ke perkemahan Liu Bei dengan utusan Sun Quan, Lu Su, untuk membuat persiapan untuk perang mendatang.

Sebagai Petugas Logistik

Pada akhir 208, tentara sekutu Liu Bei dan Sun Quan memperoleh kemenangan atas pasukan Cao Cao pada Pertempuran Red Cliffs. Cao Cao mundur ke Ye, sementara Liu Bei melanjutkan untuk menaklukkan wilayah di Jiangnan, yang meliputi sebagian besar selatan Jing Propinsi. Zhuge Liang diangkat "Military Advisor General of the Household" (军师 中郎将). Dia ditugaskan mengatur Lingling (sekarang Yongzhou, Hunan), Guiyang dan markas Changsha dan mengumpulkan pajak untuk mendanai militer.

Pada 211, Liu Zhang, gubernur Provinsi Yi (sekarang meliputi Sichuan basin), meminta bantuan dari Liu Bei menyerang Zhang Lu dari Hanzhong. Liu Bei meninggalkan Zhuge Liang, Guan Yu, Zhang Fei dan lain-lain yang bertanggung jawab dari Jing Propinsi sementara dia memimpin pasukan ke Sichuan. Liu Bei segera menyetujui usulan Liu Zhang, namun diam-diam merencanakan untuk pengambilalihan tanah Liu Zhang. Tahun berikutnya, Liu Zhang mengetahui niat Liu Bei, dan keduanya berbalik bermusuhan dan mengobarkan perang satu sama lain. Zhuge Liang, Zhang Fei dan Zhao Yun memimpin pasukan terpisah untuk memperkuat Liu Bei dalam serangan terhadap ibukota Liu Zhang, Chengdu, sedangkan Guan Yu tetap tinggal untuk menjaga Jing Propinsi. Pada 214, Liu Zhang menyerah dan Liu Bei menguasai Yi Propinsi.

Liu Bei mengangkat Zhuge Liang menjadi "Penasehat Militer" (军师 将军) dan membiarkan dia mengurus urusan kantor pribadinya (office of the General of the Left (左 将军)). Setiap kali Liu Bei memulai kampanye militer, Zhuge Liang tetap tinggal untuk menjaga Chengdu dan menjamin aliran pasokan pasukan dan ketentuan. Pada 221, dalam menanggapi perebutan tahta Kaisar Xian oleh Cao Pi, bawahan Liu Bei menasehatinya untuk menyatakan dirinya kaisar. Setelah awalnya menolak, Liu Bei akhirnya dibujuk oleh Zhuge Liang untuk melakukannya dan menjadi penguasa Shu Han. Liu Bei mengangkat Zhuge Liang sebagai Perdana Menteri dan memberikan kepadanya tanggung jawab dari lembaga kekaisaran dimana Zhuge menjalankan fungsi sebagai Imperial Secretariat. Zhuge Liang diangkat "Director of Retainers" (司隶 校尉) setelah kematian Zhang Fei.

Menjadi Penasihat Liu Shan:

Pada musim semi tahun 222, Liu Bei mundur ke Yong'an (sekarang Fengjie County, Chongqing) setelah kekalahannya pada Pertempuran Xiaoting dan menjadi sakit parah. Dia memanggil Zhuge Liang dari Chengdu dan berkata kepadanya, "Kau sepuluh kali lebih berbakat dari Cao Pi, mampu dengan baik mengamankan negara dan menyelesaikan misi besar kita Kalau anak saya bisa dibantu, bantulah dia.. Jika ia terbukti tidak kompeten , maka Anda dapat mengambil alih takhta." Zhuge Liang menjawab sambil menangis," Saya akan melakukan yang terbaik dan melayani dengan kesetiaan tak tergoyahkan sampai mati. " Liu Bei kemudian memerintahkan putranya, Liu Shan, untuk mengatur negara urusan bersama-sama dengan Zhuge Liang dan menganggap Zhuge seperti ayahnya.

As a regent

Setelah kematian Liu Bei, Liu Shan naik ke tahta Shu Han. Dia memberikan Zhuge Liang pangkat sebagai "Marquis Wu" (武 乡侯) dan menciptakan sebuah kantor untuknya. Tidak lama kemudian, Zhuge Liang ditunjuk sebagai Gubernur Provinsi Yi dan bertanggung jawab atas semua urusan negara. Pada saat yang sama, beberapa kota di Nanzhong memberontak melawan Shu, namun Zhuge Liang tidak mengirim pasukan untuk menekan pemberontakan karena kematian Liu Bei baru saja terjadi. Dia mengirim Deng Zhi dan Chen Zhen untuk membuat perdamaian dengan Wu dan kembali memasuki aliansi dengan Wu. Zhuge Liang secara konsisten akan mengirimkan utusan ke Wu untuk meningkatkan hubungan diplomatik antara kedua negara.

Ekspedisi ke Selatan

Selama pemerintahannya sebagai regent, Zhuge Liang menetapkan tujuan Shu untuk merestorasi Dinasti Han, yang dari sudut pandang Shu, telah dirampas oleh Cao Wei. Dia merasa bahwa dalam rangka untuk menyerang Wei, suatu penyatuan lengkap Shu pertama yang dibutuhkan. Zhuge Liang khawatir bahwa suku lokal akan bekerja dengan suku-suku Nanman di Nanzhong ke tahap revolusi. Khawatir kemungkinan bahwa para petani akan memberontak dan menekan ke dalam daerah sekitar ibukota Chengdu sementara ia menyerang Wei di utara, Zhuge Liang memutuskan untuk menenangkan suku-suku selatan terlebih dahulu.

Pada musim semi 225, klan regional termasuk Yong, Gao, Zhu, dan Meng telah menguasai beberapa kota di selatan, sehingga Zhuge Liang memimpin pasukan ekspedisi untuk Nanzhong. Ma Su mengusulkan bahwa mereka harus berusaha untuk memenangkan hati Nanman dan menggalang dukungan mereka daripada menggunakan kekuatan militer untuk menundukkan mereka. Zhuge Liang memperhatikan saran Ma Su dan mengalahkan pemimpin pemberontak, Meng Huo, di tujuh kesempatan yang berbeda. Dia membebaskan Meng Huo setiap kali untuk benar-benar menaklukan Meng. Perhatikan bahwa cerita tentang Meng Huo dan penangkapannya ditolak sebagai referensi historis yang dapat diandalkan dan akurat oleh mayoritas akademik, termasuk sejarawan seperti Miao Yue, Tan Liangxiao, dan Zhang Hualan.

Menyadari ia tidak punya kesempatan untuk menang, Meng Huo berjanji setia kepada Shu, dan diangkat oleh Zhuge Liang sebagai gubernur wilayah untuk menjaga kedamaian rakyat dan mengamankan perbatasan selatan Shu. Hal ini akan memastikan bahwa masa depan akan Ekspedisi Utara melanjutkan tanpa gangguan internal. persediaan dan sumber daya berlimpah yang diperoleh dari Nanzhong digunakan untuk mendanai militer Shu dan negara tersebut menjadi lebih sejahtera.

Ekspedisi ke Utara dan kematian
Setelah menenangkan Nanman, Zhuge Liang Shu memerintahkan militer untuk membuat persiapan untuk melakukan serangan skala besar terhadap negara pesaing, Wei. Pada 227, sementara di Hanzhong, ia menulis sebuah memorial, berjudul Chu Shi Biao, kepada Liu Shan, menyatakan alasan nya untuk ekspedisie dan memberi nasihat kepada kaisar untuk menjaga pemerintahan yang baik. Dari 228 sampai kematiannya pada 234, Zhuge Liang meluncurkan total lima Ekspedisi ke Utara melawan Wei, semua kecuali satu yang gagal. Satu-satunya keuntungan permanen dengan Shu adalah penaklukan Wudhu dan prefektur Yinping, serta relokasi warga Wei untuk Shu pada beberapa kesempatan. Namun, dibalik kekalahannya tentara Zhuge Liang tidak pernah menderita korban lebih dari 5% dari kekuatan total. Dan sumber daya yang dialokasikan ke dalam militer mencukupi (dengan asumsi Shu puncaknya di 200.000 kekuatan militer.)

Selama Ekspedisi ke Utara yang pertama, Zhuge Liang membujuk Jiang Wei, seorang perwira muda militer Wei, untuk menyerah dan mengabdi kepadanya. Jiang Wei menjadi seorang jenderal terkemuka Shu kemudian dan mewarisi cita-cita Zhuge Liang. Pada akhir 234, Zhuge Liang dan Sima Yi (komandan Wei) menemui sebuah jalan buntu pada Pertempuran Wuzhang. Zhuge Liang jatuh sakit parah dan akhirnya meninggal di kamp pada usia 53. Sebelum kematiannya, Zhuge Liang merekomendasikan Jiang Wan dan Fei Yi untuk menggantikannya sebagai bupati Shu. Dia dimakamkan di Gunung Dingjun sesuai dengan keinginannya dan dianugerahi gelar anumerta "Loyal and Martial Marquis" (忠 武侯) oleh Liu Shan.

Legacy:

Penemuan

Zhuge Liang diyakini sebagai penemu mantou (Bakpao)ranjau darat dan perangkat transportasi misterius tapi efisien yang otomatis (awalnya digunakan untuk biji-bijian) disebut sebagai "wooden ox and flowing horse" (木 牛 流 马), yang kadang-kadang diidentifikasi dengan gerobak dorong.

Meskipun ia sering dikatakan sebagai penemu panah berulang yang dinamai menurut namanya dan disebut "Zhuge Crossbow (Chu Ko Nu)", jenis panah semi-otomatis ini adalah versi perbaikan dari model yang pertama kali muncul selama Warring states (Meski terjadi perdebatan mengenai apakah panah semi otomatis pada masa Warring States dapat menembak berulang atau menembak beberapa panah sekaligus). Namun demikian, versi Zhuge Liang bisa menembak jauh dan lebih cepat.


A repeating crossbow

Zhuge Liang juga dikatakan sebagai dengan pembangun stone sentinel maze yang misterius, sebuah formasi dari tumpukan batu yang dikatakan menghasilkan fenomena supranatural, yang terletak dekat Baidicheng.

Sebuah tipe awal dari balon udara panas yang digunakan untuk sinyal militer, yang dikenal sebagai lentera Kongming, juga dinamai dengan namanya. Hal itu dikatakan ditemukan oleh Zhuge Liang ketika ia terjebak oleh Sima Yi di Pingyang. Pasukan teman yang berada didekatnya melihat pesan di kertas meliputi lentera dan datang membantu Zhuge Liang. Keyakinan lain adalah bahwa lentera mirip hiasan kepala Zhuge Liang, sehingga bernama setelah dia

In Fiction:

Kebijaksanaan dan prestasi Zhuge Liang dipopulerkan oleh novel sejarah Romance dari Tiga Kerajaan, Luo Guanzhong yang ditulis selama Dinasti Ming. Novel ini berdasarkan sumber-sumber sejarah, termasuk Catatan tentang Tiga Kerajaan oleh Chen Shou. Pengaruh utama lainnya termasuk karya Liu Yiqing "A New Account of the Tales of the World", dan Sanguozhi Pinghua, koleksi kronologis 80 sketsa dimulai dengan Sumpah dari Taman Peach dan berakhir dengan kematian Zhuge Liang.

Beberapa account fiktif yang melibatkan Zhuge Liang dari Roman Tiga Kerajaan meliputi:

Meminjam anak panah dengan perahu Jerami

Sebelum Pertempuran Red Cliffs, Zhuge Liang mengunjungi kamp Sun Quan untuk membantu Zhou Yu. Zhou Yu cemburu bakat Zhuge Liang dan merasa bahwa Zhuge akan menjadi ancaman bagi junjungannya di masa depan. Dia menugaskan Zhuge Liang tugas untuk membuat 100.000 anak panah dalam sepuluh hari atau akan di eksekusi bila gagal dalam tugas-tugas di bawah hukum militer. Zhuge Liang berjanji bahwa ia bisa menyelesaikan misi dalam tiga hari. Dengan bantuan dari Lu Su, Zhuge Liang menyiapkan 20 kapal besar, masing-masing dijaga oleh beberapa prajurit dan diisi dengan manusia-seperti tokoh yang terbuat dari jerami dan jerami.

Saat fajar, ketika ada kabut besar, Zhuge Liang mengerahkan perahu dan mereka berlayar menuju perkemahan Cao Cao di sungai. Dia memerintahkan pasukan untuk menabuh genderang perang dengan keras dan berteriak meniru suara serangan. Setelah mendengar kebisingan, pasukan Cao Cao bergegas keluar untuk menghadapi musuh, tetapi mereka tak yakin kekuatan musuh, karena visi mereka dikaburkan oleh kabut. Mereka menembakkan tembakan anak panah ke arah suara drum dan panah menghujam jerami. Sementara itu, Zhuge Liang menikmati anggur dengan Lu Su di dalam kabin dan mereka kembali ke perkemahan ketika kabut memudar. Zhuge Liang memperoleh lebih dari 100.000 anak panah dengan rencana dan Zhou Yu tidak punya pilihan selain membiarkan dia pergi.

Berdoa untuk angin Timur

Sebelum Pertempuran Red Cliffs, ketika semua persiapan untuk serangan api pada armada Cao Cao telah dibuat, Zhou Yu tiba-tiba menyadari bahwa angin tidak bertiup untuk keuntungan mereka, karena angin timur itu diperlukan untuk meningkatkan serangan api. Ia pingsan dan jatuh sakit. Zhuge Liang mengunjungi dia dan membuatkan resep untuk dia, dengan menawarkan untuk mendoakan angin timur. Beberapa hari kemudian, angin timur mulai bertiup, mengejutkan semua orang. Zhou Yu senang, tetapi menjadi cemas karena ia berpikir Zhuge Liang memiliki kekuatan magis dan akan menjadi ancaman yang lebih besar untuk tuannya. Dia mengirim orang untuk membunuh Zhuge Liang di altar, tetapi Zhuge mengantisipasi gerakan ini dan sudah melarikan diri di bawah perlindungan Zhao Yun.

Empty Fort Strategy

Selama Ekspedisi Utara pertama, upaya Zhuge Liang menaklukkan Chang'an dirusak oleh kekalahan Shu pada Pertempuran Jieting. Dengan hilangnya Jieting, lokasi saat Zhuge Liang, Xicheng, berada dalam bahaya dan dapat diserang oleh tentara Wei. Dalam menghadapi bahaya, dengan kekuatan utamanya dikerahkan di tempat lain dan hanya sekelompok kecil tentara di kota itu, Zhuge Liang mempunyai cara untuk menahan musuh yang mendekat.

Zhuge Liang memerintahkan semua pintu gerbang kota untuk dibuka dan menginstruksikan tentara menyamar sebagai warga sipil untuk menyapu jalan sementara dia duduk di platform di atas gerbang dengan dua anak laki-laki mengapitnya. Ia mengenakan raut wajah yang tenang dan dengan memainkan Qin-nya (Qin = kecapi). Ketika Sima Yi tiba dengan tentara Wei, ia terkejut oleh pemandangan di depannya dan memerintahkan mundur setelah mencurigai bahwa ada suatu penyergapan dalam kota. Zhuge Liang kemudian menjelaskan bahwa strateginya adalah sesuatu yang beresiko. Ini dapat berhasil karena Zhuge Liang memiliki reputasi untuk mengambil taktik militer yang hati-hati dan hampir tidak pernah mengambil risiko, sehingga Sima Yi sampai pada kesimpulan bahwa ada suatu penyergapan saat melihat ketenangan Zhuge itu.

Kesimpulan Penulis:

Zhuge Liang versi sejarah meski tidak sewahid versi novelnya, namun dia adalah sosok yang sangat jenius dan sesuai dengan reputasinya sebagai sang naga tidur.

Poin pertama yang menjadi pertimbangan adalah:

Rencana Longzhong, dalam rencana ini Zhuge Liang memperkirakan bahwa Liu Bei akan mengambil alih provinsi Jing dan Yi, yang keduanya dikuasai oleh kerabatnya yang tidak kompeten. Rencana Longzhong mencatat bahwa Cao Cao menguasai Dataran Cina Utara, yang adalah kunci untuk penguasaan Cina, dan bahwa Sun Quan memegang wilayah Sungai Yangtze, yang dikenal sebagai "Jiangdong". Dalam pandangan ini, langkah untuk menempati Jing dan Yi sangat penting untuk sukses.

Garis penting dari rencana ini menunjukkan kejelian luar biasa dalam pembagian Cina menjadi tiga bagian. Aspek penting lain dari rencana itu adalah usulan untuk membentuk aliansi dengan Sun Quan untuk menangkal dan melawan Cao Cao. Aspek kecil lainnya termasuk institusi ekonomi, reformasi hukum dan administrasi serta mengembangkan hubungan baik dengan orang non-Han terletak di barat dan selatan. Kebijakan tersebut akan mengurangi resistensi dan meningkatkan sangat dibutuhkan tenaga kerja dan sumber daya ekonomi. Klausul puncaknya adalah kampanye dua arah utara yang akan berakhir dalam perebutan Dataran Cina Utara dan pembentukan kembali kekaisaran Han.

Sungguh dalam era tersebut rencana itu adalah sebuah visi yang luar biasa dan mampu menjadi kenyataan.

Poin kedua adalah

Meski masih diperdebatkan tapi ia adalah pemimpin militer yang handal, terbukti dari kemampuannya menaklukan Meng Huo tujuh kali. Selain itu meski ekspedisi ke utaranya kerap menemui ganjalan namun ia tidak pernah kehilangan lebih dari 5% kekuatan pasukannya perlu dicatat bahwa kekuatan tentara Wei pada saat itu berkisar antara 2 - 3x kekuatan tentara Shu. Selain itu ia benar-benar memperhitungkan kemampuan negara Shu sebelum meluncurkan ekspedisinya ke utara sehingga negara Shu tidak pernah melemah dalam segi domestik setiap kali Zhuge meluncurkan ekspedisinya.

Poin Ketiga:

Ia adalah seorang penemu yang ulung, menyadari bahwa kekuatan tentaranya berada di bawah Wei maka ia menciptakan penemuan-penemuan yang dapat membantu pasukannya ketika bertempur antara lain:
  • Mantou (Bakpao) dengan membawa Mantou pasukannya tidak perlu berhenti terlebih dahulu untuk makan, namun dapat terus bergerak tanpa kekurangan makanan.
  • Chu Ko Nu: Kemampuan panah ini tidak diragukan karena dapat menembak lebih jauh dan lebih cepat, saya berpendapat hal ini untuk menandingi kavaleri Wei yang jauh lebih kuat
  • Kongming Lantern: Selain berfungsi untuk memberi pesan, lentera ini juga berguna sebagai penerang di malam hari. Dan dapat digunakan untuk mengetahui posisi musuh di malam hari.
  • Wooden ox: Alat transportasi makanan yang berguna di medan Shu yang penuh pegunungan yang terjal dan jalan yang jelek

Genghis Khan


Genghis Khan
Khagan of the Mongol Empire


Reign:
1206–1227
Coronation:
1206 in khurultai at the Onon River, Mongolia
Full name:
Genghis Khan (birth name: Temüjin)
Titles:
Khan, Khagan
Born:
c. 1162
Birthplace:
Khentii Mountains, Mongolia
Died:
1227 (aged 65)
Successor:
Ögedei Khan
Consort:
Börte Ujin
Khulan
Yisugen
Yisui
others
Offspring:
Jochi
Chagatai
Ögedei
Tolui
others
Royal House:
Borjigin
Father:
Yesükhei
Mother:
Ho'elun
Genghis Khan (dilafalkan /ˈdʒɛŋɡɪs ˈkɑːn/ or /ˈɡɛŋɡɪs ˈkɑːn/[1]; Mongolia: Чингис Хаан atau Tengis (Ocean, Sea), Chinggis Khaan, atau Činggis Qaγan), IPA: [tʃiŋɡɪs χaːŋ]; probably[2] 1162–1227), dilahirkan dengan nama Temüjin (berarti "ironworker"), merupakan pendiri, Khan (penguasa) dan Khagan (kaisar) dari Kekaisaran Mongol, yang menjadi salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah setelah kematiannya.

Dia menjadi berkuasa dengan menyatukan seluruh suku nomaden di Timur laur Asia. Setelah mendirikan kekasiaran Mongol dan memperoleh sebutan "Genghis Khan", Dia memulai Invasi Mongol terhadap Kara-Khitan Khanate, Caucasus, Kekaisaran Khwarezmid, Dinasti Xia Barat dan Dinasti Jin. Pada akhir hidupnya, Kekaisaran Mongol menduduki sebagian besar Asia tengah dan Cina.

Sebelum Genghis Khan meninggal, dia memilih Ögedei Khan sebagai penerusnya dan membagi kerajaannya menjadi beberapa khanates (Khanates = daerah kekuasaan) diantara anak2xnya dan cucu2xnya. Dia meninggal pada 1227 setelah mengalahkan Tanguts. Dia dikuburkan di kuburan tanpa nama disuatu tempat di Mongolia pada tempat yang tidak diketahui. Keturunannya memperluas kekuasaan Kekaisaran Mongol ke sepanjang Eurasia dengan menaklukan dan atau membuat negara pengikut dari seluruh Cina modern, Korea, Caucasus, Negara2x Asia tengah, dan beberapa bagian besar Eropa Timur modern dan juga Timur Tengah.

Dibalik kehebatan kekuatan militernya, Genghis Khan juga memajukan Kekaisaran Mongol dengan cara2x lain. Ia mendeklarasikan skrip Uyghur sebagai sistem penulisan Kerajaan Mongol. Dia juga meningkatkan toleransi religi di Kekaisaran Mongol, dan menciptakan suatu kekaisaran yang bersatu dari seluruh suku nomaden di Timur Laut Asia. Orang2x mongol sekarang sangat menghormatinya sebagai bapak pendiri Mongolia.

Awal Kehidupan

Garis Keturunan

Temüjin masih sedarah dengan Khabul Khan dari sisi ayahnya, Ambaghai and Qutula Khan yang memimpin konfederasi Mongol. Ketika Dinasti Jin dari Cina memindahkan dukungannya dari Mongol ke Tatars pada 1161, mereka menghancurkan Khabul Khan. Ayah Genghis, Yesügei (pemimpin suku Borjigin dan keponakan dari Ambaghai and Qutula Khan), muncul sebagai kepala penguasa dari suku2x Mongol, namun posisinya ditentang oleh suku rival Tayichi’ud, yang merupakan keturunan langsung dari Ambaghai. Ketika Tatars menjadi terlalu kuat pada 1161, Jin memindahkan dukungan mereka dari Tatars kepada Keraits.

Kelahiran


Sungai Onon, Mongolia ketika musim gugur, sebuah wilayah dimana Temüjin dilahirkan dan tumbuh besar.

Karena kurangnya catatan2x tertulis, sangat sedikit info fakta tentang kehidupan Temüjin ketika ia masih kecil. Sedikit sumber yang menyediakan info mengenai periode ini seringkali saling bertentangan.

Temüjin dilahirkan pada 1162 di sebuah suku Mongol dekat gunung Burkhan Khaldun di dekat sungai Onon dan Kherlen Mongolia, tidak jauh dari ibukota Mongol sekarang Ulaanbaatar. Sejarah rahasia Mongol melaporkan bahwa ketika Temüjin lahir ia menggenggam sebuah kain berdarah di tangannya, sebuah tanda bawa ia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin yang hebat . Dia adalah anak ketiga dari ayahnya Yesükhei, seorang kepala suku kecil Kiyad dan sekutu dari Ong Khan dari suku Kerait, dan juga anak tertua dari ibunya Hoelun. Menurut Sejarah rahasia, Temüjin dinamakan dari seorang kepala suku Tatar yang baru saja ditangkap oleh ayahnya. Nama ini juga mungkin berasal dari keluarga keturunan pandai besi.

Suku Yesükhei dinamakan Borjigin (Боржигин), dan Hoelun dari Olkhunut, salah satu garis keturunan dari Onggirat tribe. Seperti suku lain, mereka adalah nomaden. 

Karena ayahnya adalah kepala suku, maka sebagai penerusnya, Temüjin berasal dari latar belakang yang mulia. Tingkat sosial yang tinggi ini memudahkan dalam meminta bantuan dan juga menyatukan suku2x Mongol lainnya.

Tidak ada gambaran akurat tentang Genghis yang masih ada hari ini, dan seluruh lukisan dianggap sebagai gambaran artistik. Sejarahwan Persia Rashid-al-Din menggambarkan dalam tulisannya bahwa keturunan legendaris dari nenek moyang Genghis tinggi, berjanggut panjang, berambut merah, dan mempunyai mata berwarna hijau. Rashid al-Din juga menggambarkan pertemuan pertama antara Genghis dan Kubilai Khan, ketika Genghis terkejut bahwa Kubilai tidak mempunyai rambut merahnya. Juga menurut al-Din Suku Borjigid Genghis, mempunyai legenda mengenai asal mula keturunan mereka: dimulai sebagai hasil hubungan antara Alan-ko dan seorang asing di tempatnya, seorang pria yang mempunyai rambut merah dan mata hijau kebiruan. Sejarahwan modern Paul Ratchnevsky mengungkapkan dalam Biografi Genghisnya bahwa mungkin pria tersebut berasal dari orang Kyrgyz, yang secara sejarah mempunyai karakteristik yang sama. Menyampingkan kontroversi tersebut, Lukisan yang diterima secara umum oleh banyak sejarahwan adalah potret yang terdapat pada Musium Nasional di Taipei, Taiwan (Lihat gambar diatas) 

Awal kehidupan dan keluarga

Temüjin mempunyai tiga saudara kandung bernama Khasar (atau Qasar), Khajiun, dan Temüge, juga seorang adik perempuan bernama Temülen (atau Temülin), juga dua saudara tiri bernama Bekhter dan Belgutei. Seperti kebanyakan suku nomaden dari Mongolia, awal kehidupan Temüjin sangat sulit. Ayahnya mengatur pernikahan untuknya, pada umur sembilan tahun, dia diantarkan oleh ayahnya kepada keluarga dari istrinya Börte, yang juga anggota suku yang sama seperti ibunya. Temujin harus berada disana melayani Sansar, kepala dari keluarga istrinya, sampai ia mencapai umur pernikahan yaitu 12 tahun. Ketika dalam perjalanan pulang, ayahnya bertemu dengan suku Tatars, yang sudah lama merupakan musuh dari suku Mongol, dan dia diracuni oleh makanan yang mereka tawarkan. Setelah mendengar ini, Temüjin kembali pulang untuk mengambil alih posisi ayahnya sebagai "Khan" dari sukunya; namun, suku ayahnya menolak untuk dipimpin oleh seorang anak yang begitu muda. Mereka meninggalkan Hoelun (Ibu Genghis) dan anak2xnya, meninggalkan mereka tanpa perlindungan.


Genghis Khan dan Ong Khan

Selama beberapa tahun, Hoelun dan anak2xnya hidup dalam kemiskinan, menggantungkan hidup mereka pada buah2xan liar, marmut, dan juga buruan2x kecil yang diburu oleh Temüjin dan adik2xnya. Ketika pada suatu perburuan Temüjin yang berumur 13 tahun membunuh saudara tirinya Bekhter, dalam sebuah pertarungan mengenai hasil perburuan. Insiden ini memperkuat posisinya sebagai kepala dari keluarganya.

Pada insiden lain di 1182 ia ditangkap dan dijadikan tawanan dalam serbuan dari mantan sekutu ayahnya, suku Bjartskular ("Serigala"). Suku Bjartskular menahan Temüjin (Dikabarkan dengan menggunakan belenggu), namun dengan bantuan dari pengawas yang simpatik, Ayah dari Chilaun (Yang nantinya menjadi salah satu Jendral dari Genghis Khan), ia berhasil melarikan diri dalam kegelapan malam dengan bersembunyi pada sebuah celah sungai. Pada waktu inilah Jelme dan Arslan, dua Jendral masa depan Genghis Khan bergabung dengannya. Bersama dengan saudara2xnya, mereka menyediakan kekuatan yang dibutuhkan untuk ekspansi awal. Reputasi Temüjin juga semakin terkenal setelah pelariannya dari Bjartskular.

Pada saat ini, tidak ada konfederasi dari suku2x Mongol yang bersatu secara politik, dan pernikahan sering digunakan sebagai upaya untuk memperoleh persekutuan secara sementara. Temujin tumbuh mengamati kekerasan suhu politik Mongol, yang juga berkaitan dengan peperangan antar suku, pencurian, sergapan, korupsi dan berlanjutnya pembalas dendam yang terjadi antara konfederasi2x tersebut, semua digabungkan juga dengan intervensi dari bangsa asing seperti Dinasti cina dari selatan. Ibu Temüjin, Ho'elun mengajarkan padanya pelajaran mengenai suhu politik yang tak stabil di Mongol, terutama yang dibutuhkan untuk aliansi.

Seperti diatur oleh ayahnya, Temüjin menikahi Börte dari suku Olkut'hun ketika dia berumur 16 tahun untuk memperkuat aliansi antara kedua suku mereka. Börte mempunyai empat anak, Jochi (1185–1226), Chagatai (1187—1241), Ögedei (1189—1241), dan Tolui (1190–1232). Genghis Khan juga punya banyak anak lainnya dari istri2xnya, tapi mereka semua tidak dimasukkan dalam urutan, dan catatan mengenai anak2x perempuannya tidak ada. Segera setelah pernikahan Börte's dengan Temüjin, ia diculik oleh suku Merkits, dan diceritakan diberikan sebagai istri. Temüjin menyelamatkannya dengan bantuan dari teman dan rival masa depannya Jamuka, dan pelindungnya, Ong Khan dari suku Kerait. Ia melahirkan anaknya, Jochi, sembilan bulan kemudian, mengaburkan isu atas asal usulnya. Meski ada spekulasi mengenai Jochi, Börtelah yang dipilihnya menjadi permaisurinya, meski Temüjin tetap mengikuti tradisi dengan mengambil beberapa selir lainnya.

Agama

Agama Genghis Khan dispekulasikan Syamanisme atau Tengriism, yang merupakan umum pada suku nomaden Mongol-Turkic tribes dari Asia tengah. Tapi dia sangat toleran secara agama, dan tertarik untuk mempelajari filosofi dan pelajaran moral dari agama lainnya. Untuk melakukan itu ia berkonsultasi dengan Misionaris Kristen, pedagang muslim, dan juga Biksu Tao Qiu Chuji.

Menyatukan Konfederasi


Asia in 1200 AD

Dataran Asia (Utara Cina) pada masa Temüjin (awal 1200) terpecah menjadi beberapa suku dan konfederasi, diantara mereka adalah Naimans, Merkits, Uyghurs, Tatars, Mongols, dan Keraits, yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri dan seringkali tidak bersahabat terhadap satu sama lain yang sering ditunjukkan dengan serangan2x acak, aksi pembalasan, dan penjarahan.

Temüjin memulai perjalanan panjang menuju kekuasaanya dengan menawarkan dirinya sebagai sekutu (atau, menurut sumber lain, pengikut) untuk anda (saudara yang diangkat dengan sumpah) ayahnya, Toghrul, yang merupakan Khan dari suku Kerait, dan lebih dikenal dengan sebutan Cina Ong Khan (atau "Wang Khan"), yang dianugerahkan Kekaisaran Jin untuknya pada 1197. Hubungan ini pertama kali terjadi ketika Börte ditangkap oleh suku Merkits; Toghrul lah yang dimintai bantuan oleh Temüjin. Sebagai balasan, Toghrul menawarkan 20,000 pejuang Kerait warriors dan menyarankan bahwa ia juga meminta bantuan dari teman kecilnya Jamuka, yang telah menjadi Khan (Pemimpin) dari sukunya sendiri suku Jadaran. Meski operasi itu sukses dan berhasil merebut kembali Börte dan kekalahan telak suku Merkits, Hal ini juga menyebabkan perpecahan antara kedua sahabat, Temüjin dan Jamuka. Temüjin telah mengucapkan sumpah saudara (anda) dengan Jamuka sebelumnya, dan mereka telah bersumpah untuk saling setia satu sama lain.

Musuh utama konfederasi Mongol pada 1200 adalah Naiman di barat, Merkits di utara, Tanguts di selatan, dan Jin dan Tatars di timur. Pada 1190, Temüjin, pengikutnya dan penasihat2xnya, telah menyatukan bagian kecil dari konfederasi Mongol. Dalam pemerintahannya dan penaklukannya terhadap suku2x saingan, Temüjin mematahkan tradisi Mongol dengan beberapa cara yang sangat krusial. Dia mendelegasikan kekuasaan berdasarkan pada Jasa dan Kesetiaan, daripada hubungan keluarga. Sebagai insentif untuk memperoleh kepatuhan dan mengikuti kode hukumnya, Kode Yassa, Temüjin menjanjikan penduduk dan prajuritnya atas hasil rampasan perang. Sambil ia menaklukan suku2x saingannya, dia tidak menyingkirkan prajurit2x musuhnya dan meninggalkan sisanya. Tapi, ia menempatkan suku2x yang ditaklukan tersebut dibawah perlindungannya dan mengintegrasikan anggotanya menjadi anggota sukunya. Dia bahkan meminta ibunya mengadopsi anak2x yatim dari suku2x taklukannya, membawa mereka masuk ke dalam keluarganya. Inovasi politik ini menginspirasikan loyalitas yang besar atas orang2x yang ditaklukan itu, membuat Temüjin lebih kuat dari setiap kemenangan.


Genghis Khan proclaimed Khagan of all Mongols.

Anak Toghrul (Wang Khan), Senggum cemburu akan bertambah kuatnya Temüjin, dan persahabatannya dengan ayahnya. Dia diduga merencanakan pembunuhan Temüjin. Toghrul, meski telah beberapa kali diselamatkan oleh Temüjin, akhirnya takluk kepada anaknya dan menjadi tak bersahabat dengan Temüjin. Temüjin yang mengetahui niat Senggum dan akhirnya mengalahkannya. Salah satu penyebab perpecahan antara Toghrul dan Temüjin adalah penolakkan Toghrul untuk memberikan putrinya sebagai mempelai untuk Jochi, anak tertua dari Temüjin, sebuah tanda ketidak hormatan pada budaya Mongol. Perbuatan ini memicu perpecahan antara kedua pihak, dan merupakan pembukaan dari perang. Toghrul bersekutu dengan Jamuka, yang sudah merupakan lawan dari pasukan Temüjin; namun perpecahan dari dalam antara Toghrul dan Jamuka, ditambah pembelotan beberapa sekutu mereka kepada Temüjin, menyebabkan kekalahan Toghrul. Jamuka melarikan diri ketika pertarungan terjadi. Kekalahan ini merupakan katalis kejatuhan dan tercerai berainya suku Kerait.


Genghis Khan in traditional Mongolian writing

Ancaman berikutnya untuk Temüjin datang dari Naimans (Mongol Naiman), dimana Jamuka dan pengikutnya telah meminta perlindungan. Suku Naimans tidak menyerah, meski beberapa bagian secara suka rela berpihak dengan Temüjin. Pada 1201, seorang kurultai (Petinggi) mengumumkan Jamuka sebagai Gur Khan, "pemimpin universal", sebuah sebutan yang digunakan sebagai pemimpin dari Kara-Khitan Khanate. Asumsi Jamuka atas sebutan ini adalah batas terakhir dari perpecahan dengan Temüjin, dan Jamuka membuat sebuah kolisi dari suku2x untuk melawan Temüjin. Sebelum konlik, beberapa Jendral meninggalkan Jamuka, termasuk Subutai, adik dari Jelme yang terkenal. Setelah beberapa pertarungan, Jamuka akhirnya diserahkan oleh orangnya sendiri kepada Temüjin pada 1206.

Menurut Sejarah rahasia Mongol, Temüjin kembali menawarkan persahabatan dengan Jamuka, memintanya untuk kembali ke sisinya. Temüjin telah membunuh orang yang menyerahkan Jamuka, mengemukakan bahwa dia tidak ingin orang2x yang tidak loyal dalam tentaranya. Jamuka menolak tawaran ini, mengatakan bahwa hanya bisa ada satu Matahari di langit, dan ia menginginkan Kematian mulia. Tradisi untuk mati tanpa menumpahkan darah, dengan cara mematahkan tulang punggung. Jamuka meminta kematian ini, meski pada masa lalu Jamuka telah terkenal sering merebus hidup2x Jendral2x lawannya. Sisa suku Merkit yang bersekutu dengan 

Naiman dikalahkan oleh Subutai, yang telah menjadi seorang anggota pengawal pribadi Temüjin dan nantinya menjadi salah satu Komandan perang Genghis Khan yang sukses. Kekalahan Naiman meninggalkan Genghis Khan sebagai satu2xnya pemimpin di dataran Mongol, yang berarti seluruh konfederasi telah jatuh dan/atau bersatu didalam Konfederasi Mongol Genghis Khan.

Kisah hidup Genghis Khan ditandai dengan beberapa seri penghianatan dan konspirasi. Termasuk juga perpecahan antara dirinya dengan sekutu awalnya seperti Jamuka (yang juga ingin menjadi pemimpin Mongol) dan Wang Khan (Sekutu dia dan ayahnya), anaknya Jochi, dan juga dengan pendeta penting yang mencoba menghasut saudaranya Qasar yang melayani Genghis Khan dengan loyal. Strategi militernya menunjukkan keinginan yang sangat kuat dalam mengumpulkan informasi dan mengerti motivasi lawan2xnya seperti ditunjukkan dengan jaringan mata2xnya yang luas dan juga rute sistem Yam (Sebuah sistem rute pasokan untuk pembawa pesan yang digunakan secara luas dan diperluas oleh Genghis Khan dan juga Khan yang lainnya. Sebuah pos digunakan untuk memberi makanan, perlindungan dan juga kuda segar untuk pembawa pesan tentara mongol. Genghis Khan memberi perhatian khusus untuk Yam karena tentara Mongol terkenal dapat bergerak dengan sangat cepat, maka pembawa pesan mereka harus lebih cepat lagi, menutupi wilayah 200 - 300 km sehari. Ini digunakan untuk mempercepat proses informasi dan intel). Selain itu Genghis Khan juga merupakan seorang yang sangat cepat belajar, mengadopsi teknologi dan ide2x yang ia temui, seperti Taktik pengepungan benteng dari bangsa Cina.

Sebagai hasilnya pada 1206 Temüjin telah mempersatukan atau menaklukan Suku Merkits, Naimans, Mongols, Keraits, Tatars, Uyghurs dan juga suku2x kecil lainnya dalam pemerintahannya. Merupakan pencapaian yang monumental untuk Bangsa "Mongols". Pada sebuah pertemuan Kurultai (dewan politik militer mongol kuno), dia diakui sebagai "Khan" (Great ruler/Yang Agung) dari suku2x yang bersatu dan mengambil julukan baru "Genghis Khan". Pangkat Khagan tidak diberikan pada Genghis sampai setelah kematiannya, setelah anak dan penerusnya, Ögedei mengambil gelar tersebut untuk dirinya dan memberikannya juga untuk ayahnya. Penyatuan atas semua konfederasi oleh Genghis Khan menyebabkan perdamaian dari suku2x yang berperang dan menjadikan Mongol bangsa yang bersatu secara politik dan militer dibawah Genghis Khan.

Operasi Militer


All significant conquests and movements of Genghis Khan and his generals during his lifetime

Dinasti Xia Barat

Pada 1206 kemajuan politik dari Genghis Khan, Kekaisaran Mongol yang diciptakan oleh Genghis Khan dan sekutunya bertetangga oleh Tanguts Dinasti Xia Barat. 

Dinasti Jin di timur dan barat, yang di pimpin oleh orang2x Manchu, yang memerintah utara Cina sekaligus pemimpin suku2x Mongol selama berabad2x.

Genghis Khan mengumpulkan orang2x, tentara, dan negaranya untuk pertama2x berperang denga Xia Barat, atau Xi Xia, yang lebih dekat dengan tanah Mongol. Dia dengan tepat memperkirakan pemimpin muda Dinasti Jin yang lebih kuat tidak akan datang membantu Xi Xia. Ketika Tanguts meminta bantuan Dinasti Jin, mereka dengan tegas menolak. Meski mengalami sedikit kesulitan merebut kota2x Xia yang bertembok tinggi dan terjaga dengan baik, Genghis Khan memaksa Xia barat menyerah pada 1209. .

Dinasti Jin

Pada 1211, setelah penaklukan Xia barat, Genghis Khan merencanakan lagi untuk menaklukan Dinasti Jin. Komandan pasukan Dinasti Jin membuat kesalahan taktis dengan tidak menyerang tentara Mongol pada kesempatan pertama. Sebagai gantinya, Komandan Jin mengirim seorang utusan, Ming-Tan, kepada bangsa Mongol, yang membelot dan memberitahu tentara Mongol bahwa tentara Jin menanti di sisi lain dari tempat itu. Pada pertempuran yang dilakukan pada Lembah Badger pasukan Mongol membantai ribuan tentara Jin. Pada 1215 Genghis mengepung, menaklukan dan menghancurkan ibukota Jin, Yanjing (Selanjutnya dikenal dengan Beijing). Ini memaksa Kaisar Xuanzong untuk memindahkan ibukotanya ke selatan, Kaifeng, meninggalkan bagian utara kerajaannya kepada bangsa Mongol.

Kara-Khitan Khanate


Lokasi Kara-Khitan Khanate

Kuchlug, Khan yang diasingkan dari konfederasi Naiman yang dikalahkan oleh Temüjin kabur ke barat dan merampas kekuasaan khanate dari Kara-Khitan (juga dikenal sebagai Kara Kitay). Genghis Khan memutuskan untuk menaklukan Kara-Khitan khanate dan mengalahkan Kuchlug, juga untuk mengeluarkan dia dari kekuasaan. Pada saat ini tentara Mongol kelelahan dari operasi yang berlangsung selama 10 tahun melawan Xia Barat dan Dinasti Jin. Karena itu Genghis hanya mengirim dua tumen (20,000 prajurit) melawan Kuchlug, dibawah kepemimpinan salah satu Jendral mudanya, Jebe, Dikenal dengan julukan "Sang Panah".

Dengan jumlah tentara yang sedikit, tentara Mongol harus mengubah strategi dan mengandalkan siasat2x untuk memecah belah para pendukung Kuchlug, membuat Khara-Khitan Khanate menjadi lebih mudah untuk diserang pasukan Mongol. Sebagai hasilnya pasukan Kuchlug mengalami kekalahan di Kashgar Barat. Kuchlug melarikan diri lagi, tapi segera diburu oleh tentara Jebe dan dieksekusi. Pada 1218, sebagai hasil dari kekalahan Kara-Khitan Khanate, Kekasiaran Mongol dan kekuasannya tersebar sampai ke barat di Danau Balkhash, yang berbatasan dengan Kekaisaran Khwarezmia, sebuah negara Muslim yang terbentang antara Laut Kaspia di barat dan Teluk Persia dan Laut Arab di selatan. 

Khwarezmian Empire


Kekaisaran Khwarezmid (1190–1220)


Genghis Khan watches in amazement as the Khwarezmi Jalal ad-Din prepares to ford the Indus.

Pada awal 1200, Dinasti Khwarezmian dipimpin oleh Shah Ala ad-Din Muhammad. Genghis Khane melihat keuntungan potensi di Khwarezmia sebagai mitra dagang dengan mempergunakan Jalur Sutera, dan dia mengirim rombongan yang terdiri dari 500 orang caravan (Kafilah) untuk menciptakan Jalur perdagangan resmi dengan Kekaisaran tersebut. Namun, Inalchuq, Gubernur dari kota Khwarezmian di Otrar, menyerang rombongan dari Mongolia tersebut, menyatakan bahwa terdapat mata2x pada rombongan tersebut dan juga ada konspirasi terhadap Khwarezmia. Situasi menjadi lebih rumit karena Gubernur tersebut menolak untuk membayar atas penjarahan rombongan tersebut dan menyerahkan pelakunya. Genghis Khan lalu mengirim lagi grup kedua yang terdiri dari tiga orang duta (Dua orang Mongol dan seorang Muslim) untuk bertemu langsung dengan Shah daripada Inalchuq. Sang Shah mencukur semua orang itu dan orang muslim itu dipenggal, kemudian Shah mengirim kepalanya melalui dua orang duta yang sudah dicukur habis rambutnya itu. Ini merupakan hujatan dan hinaan terhadap Genghis Khan. Genghis Khan dengan murka merencanakan salah satu dari operasi terbesarnya dengan mengumpulkan 200,000 prajurit (20 tumens), jenderal2x terbaiknya dan beberapa putranya. Ia meninggalkan seorang Komandan dan beberapa ribu pasukan di Cina, menunjuk penerusnya dari anggota keluarganya dan melantik Ogedei untuk menjadi penerus utamanya dan pergi menuju Khwarezmia. 

Tentara Mongol dibawah Genghis Khan, Jendral2x dan anaknya menyeberangi Gunung Tien Shan dan memasuki daerah yang dikuasai oleh Kekaisaran Khwarezmia. 

Setelah mengumpulkan intel dari berbagai sumber Genghis Khan dengan berhati2x menyiapkan tentaranya, yang ia bagi menjadi tiga kelompok. Anaknya Jochi memimpin divisi pertama menuju Timur Laut Khwarezmia. Divisi kedua dibawah Jebe maju secara rahasia melalui Tenggara Khwarzemia untuk melakukan serangan dua arah atas Samarkand. Divisi ketiga dibawah Genghis Khan dan Tolui meju melalui Barat Laut dan menyerang Khwarzemia dari arah itu.

Tentara Shah terpecah belah karena perbedaan pendapat dan keputusan Shah untuk membagi tentaranya menjadi grup2x yang lebih kecil terkonsentrasi pada berbagai kota. Keputusan ini menjadi penyebab utama akan kekalahan Khwarezmia, karena memungkinkan tentara Mongol, yang meski kelelahan setelah perjalanan panjang, untuk dapat dengan segera mengalahkan grup2x kecil kekuatan Khwarzemi daripada menghadapi sebuah pertahanan yang terfokus. Tentara Mongol dengan cepat menguasai kota Otrar, dengan mengandalkan kelebihan strategi dan taktik. Genghis Khan memerintahkan eksekusi semua penduduk dan membunuh Inalchuq dengan memasukkan perak lebur melalui mata dan telinganya, sebagai pembalasan atas tindakannya. Di ujung pertempuran Shah memilih melarikan diri daripada menyerah. Genghis Khan memerintahkan Subutai dan Jebe untuk memburunya, memberikan mereka dua tahun dan 20,000 orang. Sang Shah meninggal dengan kondisi yang misterius di sebuah pulau kecil di dalam kerajaannya.

Penaklukan Mongol, meski dari standar mereka, termasuk brutal. Setelah ibukota Samarkand jatuh, ibukota dipindahkan ke Bukhara oleh sisa2x orang, dan Genghis Khan mendedikasikan dua dari Jendralnya untuk meluluhlantakkan seluruh sisa2x kekaisaran Khwarezmid, tidak hanya termasuk bangunan2x pemerintahan, tapi seluruh kota dan bahkan semua petak2x lahan pertanian. Menurut cerita, Genghis Khan bahkan membendung sungai dan mengalihkannya melalui tempat lahir Kaisar Khwarezmid, menghapusnya dari peta.

Penerus dari Shah Jalal Al-Din, yang di dukung oleh kota terdekat, melawan tentara Mongol beberapa kali dengan tentara ayahnya. Namun, Perdebatan internal sekali lagi membuat pasukannya tercerai-berai dan mereka terpaksa meninggalkan Bukhara setelah kekalahan dahsyat berikutnya, yang secara efektif mengakhiri Kekaisaran Khwarezmid. 

Sementara itu, Genghis Khan memilih anak ketiganya Ögedei sebagai penerusnya sebelum tentaranya berangkan, dan juga memerintahkan bahwa Khan2x selanjutnya haruslah turunan langsung darinya. Genghis Khan meninggalkan Muqali, salah satu Jendral kepercayaannya, sebagai komandan tertinggi atas seluruh pasukan Mongol di Jin ketika dia memerangi Kekaisaran Khwarezmid di barat. 

Georgia and Volga Bulgaria

Setelah kekalahan Khwarezmian di 1220, Genghis Khan mengumpulkan pasukannya di Persia dan Armenia untuk kembali ke dataran Mongol. Dibawah gagasan Subutai, tentara Mongol dibagi menjadi dua kelompok. Genghis Khan memimpin pasukan utamanya untuk menyerang melalui Afghanistan dan utara India menuju Mongolia, sementara kontingen lain terdiri dari 20,000 (2 Tumen) prajurit melaju melaluk pegunungan Kaukasus dan menuju Rusia dibawah jendral Jebe dan Subutai. Mereka merangsek masuk menuju Armeni dan Azerbaijan. Tentara Mongol menghancurkan Georgia, memberangus benteng perdagangan Genoa Kaffa di Crimea dan menghabiskan musim dingin di dekat Laut hitam. Dalam perjalanan kembali pasukan Subutai menyerang Kipchaks dan di lawan oleh pasukan sekutu yang terdiri dari 80,000 pasukan Kievan yang tidak terkoordinasi dengan baik dipimpin oleh Mstislav sang pemberani dari Halych dan Mstilav III dari Kiev yang melaju untuk menghentikan tindak tanduk pasukan Mongol di daerah itu. Subutai mengirim utusan ke pangeran Slavic itu untuk perdamaian, tapi utusan2x tersebut dibunuh. Pada pertempuran di sungai Kalka pada 1223, Pasukan Subutai menghancurkan tentara Kievan yang lebih banyak, meski kalah pada pertempuran Samara melawan negara tetangga Volga Bulgars. Pangeran2x Rusia meminta perdamaian. Subutai setuju namun tidak ingin memafkan para pangeran tersebut. Dan sebagaimana berlaku di lingkungan Mongol, Para pangeran Rusia diberikan kematian tanpa darah. Subutai merancang kayu besar sementara ia makan dengan anak buahnya. Keenam pangeran Rusia, termasuk Mstislav III dari Kiev, diletakkan dibawahnya dan digilas sampai mati.

Pasukan Mongol mempelajari dari para tawanan bahwa terdapat ladang hijau yang luas setelah wilayah Bulgar, yang memungkinkan untuk penaklukan Hungaria dan Eropa. Genghis Khan memanggil kembali Subutai ke Mongol setelah itu, dan Jebe meninggal pada perjalanan kembali ke Samarkand. Ekspedisi Pasukan Kavaleri Subutai dan Jebe, dimana mereka mengitari laut Kaspia mengalahkan semua pasukan yang ada di jalur mereka, kecuali Volga Bulgars, tetap merupakan yang tak terkalahkan hingga hari ini, dan berita kemenangan Mongol mulai menyebar ke negara2x lain, terutama Eropa. Dua operasi ini dihubungkan sebagai pengintaian untuk memperoleh situasi dan budaya pada tempat2x tersebut. Pada 1225 kedua divisi kembali ke Mongol. Invasi ini menabahkan Transoxiana dan Persia menjadi kerajaan yang tangguh sambil menghancurkan semua perlawanan di sepanjang jalan mereka. Nantinya dibawah cucuk Genghis Khan, Batu dan Pasukan Emas, Mongol kembali untuk menaklukan Volga Bulgaria dan Kievan Rus pada 1237, menyelesaikan operasi pada 1240.

Western Xia and Jin Dynasty


Western Xia Dynasty, Jin Dynasty, Song Dynasty and Kingdom of Dali in 1142.

Kaisar pengikut Mongol dari Tanguts (Xia Barat) yang menolak untuk mengambil bagian dalam perang melawan Kekaisaran Khwarezmid setelah Genghis Khan dan pasukan utama menuju Kekaisaran Kharezmian. Ditambah Xia Barat dan Dinasti Jin yang pernah dikalahkan membuat koalisi untuk melawan Mongol, mengandalkan operasi melawan Khwarezmi untuk menyerap kemampuan Mongol untuk memberi respond secara efektif.

Pada 1226, sekembalinya dari barat, Genghis Khan memulai serangan balasan atas Tanguts. Tentaranya dengan cepat menaklukan Heisui, Ganzhou dan Suzhou (Bukan Suzhou di Provinsi Jiangsu), dan pada musim gugur dia merebut Xiliang-fu. Salah satu Jendral Tangut menantang pasukan Mongol dekat Helanshan, tapi dengan mudah dikalahkan. Pada November, Genghis mengepung kota Tangut Lingzhou, dan menyeberangi Sungai Kuning, mengalahkan bala bantuan Tangut. Menurut legenda, disinilah Genghis Khan melihat susunan lima bintang di langit, yang diintepretasikan sebagai tanda akan kemenangannya.

Pada 1227, Tentara Genghis Khan menyerang dan menghancurkan ibukota Tangut Ning Hia, dan terus maju, menaklukan Lintiao-fu, Provinsi Xining, Xindu-fu, dan Provinsi Deshun dengan cepat pada Musim Semi. Di Deshun, Jendral Tangut Ma Jianlong melakukan perlawanan sengit dan memimpin sendiri serangan2x menghadapi pasukan Mongol di luar gerbang. Ma Jianlong kemudian tewas dari panah yang mengenainya waktu pertarungan. Genghis Khan, setelah menguasai Deshun, pergi ke Liupanshan (Daerah Qingshui, Provinsi Gansu) untuk berlindung dari sengatan musim panas. Kaisar Tangut yang baru dengan cepat menyerah pada pasukan Mongol, dan seluruh Tangut menyerah kemudian. Tidak senang dengan penghianatan dan perlawanan mereka, Genghis Khan memerintahkan seluruh keluarga kerajaan dihukum mati mengakhiri Garis darah Tangut.

Hak waris


Genghis Khan dan tiga dari empat anaknya.

Topik mengenai ahli Genghis Khan sudah menjadi sebuah perdebatan sewaktu Genghis Khan berkuasa karena dia telah lanjut usia. Juga mengenai asal usul mengenai anak sulung Genghis Jochi yang telah menjadi topik utama di belakang layar, yang menjadi pertimbangan karena Jochi merupakan anak tertua diantara saudaranya. 

Sesuai nilai sejarah tradisional, Isu mengenai asal usul Jochi diusarakan dengan kuat oleh Chagatai. Pada Sejarah Rahasia bangsa Mongol, sebelum penyerangan ke Kekaisaran Khwarezmid oleh Genghis Khan, Chagatai menyuarakan dihadapan ayah dan kakaknya bahwa ia tidak akan menerima Jochi sebagai penerus Genghis Khan. Sebagai tindakan atas hal ini, Ögedei lah yang dipilih sebagai penerus.


Mongol "Great Khans" coin, minted at Balk, Afghanistan, AH 618, 1221 CE.

Jochi

Jochi meninggal pada 1226, ketika masa hidup ayahnya. Beberapa sejarahwan, terutama Ratchnevsky, mengkomentari kemungkinan mengenai Jochi dibunuh dengan diracun atas perintah Genghis Khan. Rashid al-Din melaporkan bahwa Khan yang agung memanggil anak2xnya pada musim semi 1223, dan ketika adik2xnya mematuhi perintah, Jochi tetap tinggak di Khorasan. Juzjani menyuarakan bahwa perselisihan terjadi ketika Jochi dan adik2x bertengkar mengenai Pengepungan Urgench. 

Jochi berusaha menyelamatkan Urgench dari kehancuran, karena wilayah itu telah diberikan padanya. Dia menyelesaikan ceritanya dengan perkataan dari Jochi: "Genghis Khan sudah gila karena membantai begitu banyak orang dan menghancurkan bermacam2x daerah. Aku akan melakukan hal yang hebat bila aku membunuh ayahku ketika dia berburu, membuat aliansi dengan Sultan Muhammad, membawa kehidupan bagi lahan ini dan memberikan bantuan dan dukungan untuk para Muslim." Juzjani mengemukakan bahwa kata2x ini terdengar oleh Genghis Khan yang memerintahkan anaknya diracuni; namun, karena Sultan Muhammad telah meninggal pada 1223, keakuratan kisah ini dipertanyakan. Genghis Khan tahu atas gesekan antara anak2xnya (Terutama antara Chagatai dan Jochi) dan khawatir kalau konflik akan terjadi antara mereka ketika ia mati dan dengan demikian ia memutuskan membagi wilayah kerajaannya untuk anak2xnya dan membuat mereka semua Khan dengan berbagai kewenangan dengan menunjuk anak2xnya sebagai penerus. Chagatai diperhitungkan tidak stabil karena karena sikap dan kebiasaannya dan juga kata2xnya bahwa dia tidak akan mengikuti Jochi kalau dia menjadi pemimpin. Tolui, anak termuda Genghis Khan jelas bukan pilihan utama karena dia adalah yang termuda dan pada adat Mongol, yang termuda tidak diberikan tanggung jawab besar karena umur mereka. Jika Jochi menjadi penerus, kemungkinan Chagatai akan berperang dengannya akan terjadi dan Kekaisaran Mongol takkan bertahan lama. Karena itu Genghis Khan memberikan tahtanya pada Ogedei. Ogedei telah terlihat oleh Genghis Khan sebagai seorang yang dapat diandalkan dan stabil juga rendah hati membuat ia kandidat yang netral yang mungkin dapat meredakan situasi antara saudaranya.

Kematian dan Penguburan


Mongol Empire in 1227 at Genghis Khan's death

Pada 1227, setelah mengalahkan orang Tangut, Genghis Khan meninggal (menurut Sejarah Rahasia Mongol). Alasan mengenai kematiannya tidak jelas dan banyak spekulasi mengenainya. Beberapa sejarahwan mempertahankan pendapat bahwa ia jatuh dari kuda ketika pengejaran darat di Mesir karena luka perang dan kelelahan, yang akhirnya menyebabkan kematiannya. Yang lain cukup yakin bahwa dia terkena penyakit berlarut2x seperti Pneumonia. Kronikle Galician-Volhynian menyatakan bahwa ia terbunuh oleh Tanguts ketika perang. 

Genghis Khan meminta ia dikubur tanpa tanda, sesuai dengan adat sukunya. Setelah ia meninggal, tubuhnya dikembalikan ke Mongol dan diduga ke tempat kelahirannya di Khentii Aimag, dimana banyak yang menduga bahwa ia dikubur dekat Sungai Onon dan Gunung Burkhan Khaldun (Bagian pegunungan Kentii). Menurut legenda, pengiring penguburan membunuh semua yang melintasi jalan mereka untuk menyembunyikan lokasi akhir jasad Genghis Khan. Makam Genghis Khan didirikan bertahun2x setelah kematiannya, adalah kenangan untuknya, tapi bukan tempat ia dibaringkan.

Pada 6 Oktober 2004, Gabungan Arkeolog Jepang dan Mongol menggali dan menemukan apa yang diyakini istana Genghis Khan di pedalaman Mongolia, yang membuka kemungkinan tempat penguburan pemimpin yang hilang itu. Legenda rakyat mengatakan bahwa sebuah sungai dialihkan diatas kuburannya yang membuatnya tidak mungkin ditemukan (Hal yang sama untuk penguburkan Raja Gilgamesh dari Sumeria dan Attila sang Hun). Kisah lain mengatakan bahwa kuburnya di lewati oleh kuda2x yang sangat banyak dan pohon2x yang ditanam diatasnya, dan juga kebekuan membantu menyembunyikan lokasi kuburnya.

Genghis Khan meninggalkan tentara lebih dari 129,000 orang; 28,000 diberikan kepada saudara dan anak2xnya. Tolui, anak termudanya mewarisi 100,000 orang. Pasukan ini terdiri dari Kavaleri elit Mongol. Secara tradisi anak termuda mewarisi milik ayahnya. Jochi, Chagatai, Ögedei Khan, dan anak Kulan: Gelejian memperolah 4,000 orang masing2x. Ibu dan keturunan dari saudara2xnya memperoleh 3,000 orang masing2x. 

Kekaisaran Mongol

Politik dan Ekonomi


Mongol Empire

Kekaisaran Mongol dipimpin oleh sebuah kode sipil dan militer, yang dinamakan Yassa, diciptakan oleh Genghis Khan. Kekaisaran Mongol tidak mementingkan ras dan etnis dalam mengelola administrasi wilayah, daripada pendekatan secara keluarga. Pengecualian untuk Genghis Khan dan keluarganya. Kekaisaran Mongol merupakan salah satu kerajaan dengan jumlah etnis dan budaya yang berbeda dalam sejarah, sesuai dengan wilayahnya. Banyak warga nomad kerajaan menganggap diri mereka Mongol dalam kehidupan militer dan sipil, termasuk Turki, Mongol, dan yang lain termasuk berbagai Khan dari beragam etnis sebagai bagian Kekaisaran Mongol seperti Muhammad Khan.

Ada Pengecualian pajak untuk figur2x Religi, dan untuk beberapa, Guru dan dokter. Kekaisaran Mongol mempraktekan toleransi beragama ke tingkat yang sangat tinggi karena kebudayaan Mongol sendiri telah menganggap bahwa Agama merupakan sesuatu yang sangat personal, dan bukan merupakan subjek dari hukum atau intervensi. Beberapa saat sebelum naiknya Genghis Khan, Ong Khan, guru dan rivalnya, telah mengambik agama Kristen Nestoria. Berbagai suku Mongol mempunyai agama Budha, Muslim, Syamanism atau Kristen. Toleransi beragama menjadi sangat dijunjung di dataran Asia.

Sejarahwan Mongol modern mengatakan bahwa di penghujung hidupnya, Genghis Khan mencoba untuk menciptakan sebuah negara dibawah Yassa Agung yang menetapkan kesetaraan semua individu, termasuk wanita. Namun, tidak ada bukti yang tertulis akan ini, atau pencabutan diskriminasi terhadap rakyat lain seperti Cina. Wanita memerankan peran penting pada Kekaisaran Mongol dan dalam keluarga, contohnya Töregene Khatun memimpin sementara Kekaisaran Mongol sampai Khagan berikutnya dipilih. Sejarahwan Modern menunjuk pada kebijakan yang memperkuat perdagangan dan komunikasi sebagai Pax Mongolica.

Genghis Khan menyadari bahwa dia akan membutuh orang untuk memimpin kota2x dan negara taklukannya. Dia juga menyadara administrator semacam itu tak dapat ditemukan dari rakyatnya karena mereka adalah nomaden dan tidak berpengalaman memimpin kota2x. Untuk tujuan ini Genghis Khan mengundang seorang pangeran Khitan, Chu'Tsai, yang bekerja untuk Jin dan telah ditangkap oleh pasukan Mongol ketika Dinasti Jin kalah. Jin telah berkuasa dengan menggantikan Khitan. Genghis mengatakan kepada Chu'Tsai, yang merupaka salah satu keturunan pemimpin Khitan, bahwa ia telah membalaskan leluhur Chu'Tsai. Chu'Tsai mengatakan bahwa ayahnya telah mengabdi pada Dinasti Jin demikin juga halnya dengan dia; dia tidak menganggap ayahnya sendiri musuhnya, jadi pertanyaan mengenai balas dendam tidaklah mungkin. Genghis Khan sangat kagum akan jawaban ini. Chu'Tsai mengadministrasi bagian2x Kekaisaran Mongol dan menjadi salah satu penasihat dari Khan2x kerajaan Mongol.

Militer


Reenactment of Mongol military movement.

Genghis Khan meletakkan kepercayaan absolut kepada Jendral2xnya, seperti Muqali, Jebe dan Subutai, dan menganggap mereka sebagai penasihat yang dekat dengannya, sering kali memberikan mereka hak istimewa yang selayaknya diperoleh oleh kerabat dekat. Dia memperbolehkan mereka mengambil keputusan sendiri ketika mereka berangkat dalam operasi jauh dari Ibukota Kekaisaran Mongol, Karakorum. Genghis Khan mengharapkan loyalitas tanpa batas dari Jendral2xnya, dan memberikan mereka otonomi yang luas dalam mengambil keputusan dalam memimpin. Muqali, seorang Jendral kepercayaan, diberikan komando atas pasukan Mongol melawan Dinasti Jin sementara Genghis Khan berperang di Asia Tengah, dan Subutai juga Jebe diperbolehkan melakukan penyerangan menuju Kaukasus dan Kievan Rus, sebuah ide yang mereka berikan kepada Khagan dengan inisiatif mereka sendiri. Militer Mongol juga sangat sukses dalam Pengepungan Benteng, memotong persediaan dari kota2x dengan mengalihkan sungai, menggunakan tawanan musuh di depan barisan tentara, mengadopsi ide2x baru, teknik dan peralatan dari orang2x yang mereka taklukan, terutama menggunakan alat2x perang dan pembuat senjata Cina dan Muslim untuk membantu kavaleri Mongol menaklukan kota2x. 

Sebuah taktik standar tentara Mongol adalah pura2x mundur untuk menghancurkan formasi musuh dan untuk memancing grup2x kecil musuh jauh dari grup yang lebih besar dan mempertahankan posisi untuk sergapan dan serangan balik.

Sebuah aspek penting lain dalam organisasi militer Genghis Khan adalah jalur kominikasi dan rute pasokan atau Yam, diambil dari model Cina. Genghis Khan memberikan perhatian khusus dalam hal ini untuk mempercepat perolehan intel militer dan komunikasi resmi. Untuk ini, Jalur Yam didirikan di berbagai wilayah dalam kerajaan.

Khanates

Sebelum kematiannya, Genghis Khan telah membagi wilayah kerajaannya untuk anak2xnya Ögedei, Chagatai, Tolui, dan Jochi (Kematian Jochi beberapa bulan sebelum Genghis Khan berarti bahwa tanahnya dibagikan antara anak2xnya, Batu dan Orda) menjadi beberapa Khanates yang disusun sebagai wilayah2x bawahan: Khan2x itu diharapkan untuk mengikuti Khan yang Agung yaitu Ögedei.


Lokasi Ibukota Kharakhorum zaman sekarang

Berikut adalah susunan Khanates yang disusun oleh Genghis Khan setelah kematiannya:
  • Kerajaan dari Khan yang Agung: Ögedei Khan, sebagai Khan yang agung, memperoleh sebagian besar Asia Timur, termasuk Cinal Teritorialnya kemudian menjadi Dinasti Yuan dibawah Kubilai Khan
  • Tanah Air Mongol (sekarang disebut Mongolia, termasuk Karakorum): Tolui Khan, menjadi yang termuda, memperoleh wilayah kecil dekat dengan tanah air Mongol sesuai tradisi.
  • Chagatai Khanate: Chagatai Khan, Anak kedua Genghis Khan, diberikan Asia Tengah dan utara Iran.
  • Blue Horde kepada Batu Khan, dan White Horde kepada Orda Khan, keduanya digabungkan kedalam Kipchak Khanate, dibawah Toqtamysh. Anak tertua Genghis Khan, Jochi, menerima Rusia dan Ruthenia. Karena Jochi meninggal sebelum Genghis Khan, wilayahnya dibagikan kepada anak2xnya. Batu Khan melancarkan serangan ke Rusia, dan kemudian Hungaria dan Polandia, dan menghancurkan beberapa pasukan sebelum dipanggil kembali karena kabar kematian Ögedei.

Setelah Khan


Anak dan penerus Genghis Khan, Ögedei Khaghan.

Dibalik kepercayaan umum, Genghis Khan tidak menaklukan semua wilayah Kekaisaran Mongol. Pada waktu kematiannya, Kekaisaran Mongol membentang dari Laut Kaspia ke Laut Jepang. Perluasan wilayah berlanjut untuk beberapa generasi setelah kematian Genghis pada 1227. Dibawah penerus Genghis, Ögedei Khan kecepatan penaklukan meraih puncaknya. Tentara Mongol merangsek menuju Persia, menghabisi Xi Xia dan sisa2x Khwarezmid, dan memulai perang dengan Dinasti Song dari Cina, menciptakan perang yang berlangsung hingga 1279 dan berakhir dengan pendudukan Mongol atas seluruh Cina. Mereka juga merangsek masuk dalam ke Rusia dan Eropa Timur.

Persepsi

Seperti halnya penakluk2x lainnya, Genghis Khan digambarkan secara berbeda oleh orang2x yang ia taklukan dan semua yang takluk olehnya. Pandangan negatif dan positif atas Genhis Khan sangatlah umum oleh berbagai sejarah dalam kebudayaan yang berbeda, dari berbagai letak geografis. Mereka kadan menceritakan kekejaman dan kehancuran oleh tentara Mongol; yang lain menceritakan aspek positif dari Penaklukan Genghis Khan.


Genghis Khan on the reverse of a Kazakhstan 100 Tenge coin

Positif

Genghis Khan dihargai dengan membawa Jalur Sutra kedalam satu lingkungan politik yang berkesinambungan. Ini memungkinkan peningkatan komunikasi dan perdagangan dengan Bangsa2x di Barat, Timur Tengah dan Asia, yang memperluas pandangan kebudayaan antara ketiga area budaya tersebut. Beberapa sejarahwan bahwa Genghis Khan mempertahankan tingkatan meritokrasi (Sistem pemerintahan berdasarkan Jasa dan Loyalitas) dalam pemerintahannya, sangat toleran terhadap berbagai agama dan menjelaskan keputusannya dengan jelas kepada semua prajuritnya. Pada masa Modern di Turki, Genghis Khan dilihat sebagai pemimpin yang hebat, dan sangat populer untuk anak laki2x memperoleh gelarnya sebagai nama.

Di Mongolia

Secara tradisional Genghis Khan telah diagungkan untuk berabad2x di kalangan rakyat Mongol, dan juga beberapa suku etnis lainnya seperti Turki, sebagian besar karena asosiasinya dengan Mongol, organisasi politik dan militer, dan juga kemenangannya dalam perang. Dia menjadi sebuah figur yang sangat agung pada rakyat Mongol dan masih dianggap sebagai simbol kebudayaan Mongol.


Equestrian statue of Genghis Khan, the largest (40 metres tall) in the world, near Ulaanbaatar, Mongolia.

Selama masa Komunis, Genghis Khan sering dianggap sebagai reaksi, dan pernyataan positif mengenainya dihindari. Pada 1962, pendirian sebuah monumen di tempat lahirnya dan sebuah konferensi diadakan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 800 menimbulkan kritik dari bangsa Soviet, yang mengakibatkan pemberhentian Tömör-Ochir, seorang sekretaris dari Partai Revolusi Rakyat Mongol.

Pada awal 1990an, ketika demokrasi didirikan di Mongol, kenangan Genghis Khan dengan tradisi Mongol sebagai identitas nasional memperoleh dukungan besar dari partai Republic Rakyat Mongol. Genghis Khan telah menjadi figur sentral dari identitas nasional. Dia dilihat dengan baik oleh Rakyat Mongol atas perannya menyatukan berbagai suku yang berperang. Namun, ada jurang antara persepsi mengenai kebrutalannya - Rakyat Mongol mempertahankan bahwa catatan sejarah yang ditulis oleh bangsa selain Mongol sangat tidak adil mengenai Genghis Khan; dan dalam hal ini pembantaiannya terlalu dibesar2xkan tetapi peran positifnya dikurang2xi.


Genghis Khan on the Mongolian 1,000 tögrög banknote

Nama Genghis Khan dan sejenisnya sering digunakan pada produk, jalanan, bangunan dan tempat2x lain. Wajahnya dapat ditemukan di berbagai komoditas, dari minuman sampai ke uang 500, 1000, 5000, dan 10,000 mata uang Mongol tögrög (₮). Nama bandara Internasional Mongol telah diganti menjadi Chinggis Khaan, dan patung2x besar Genghis Khan telah dibangun didepan gedung parlemen dan dekat Ulaanbaatar. Telah terjadi beberapa diskusi mengenai pengaturan penggunaaan namanya dan gambarannya untuk menghidari hal2x yang tidak dibutuhkan.


Statue of Genghis Khan in front of the Mongolian government building in Sükhbaatar Square, Ulaanbaatar


Portrait on a hillside in Ulaanbaatar, 2006

Genghis Khan sekarang di anggap sebagai salah satu pemimpin yang paling berjasa di Mongol. Dia berhasil menggerakkan Mongol sebagai suatu identitas politik dan etnis karena sebelumnya belum pernah ada identitas yang satu antara berbagai suku yang mempunyai kesamaan budaya. Dia memperkuat tradisi Mongol dan menyediakan kestabilan dan kesatuan ketika masa peperangan antar suku. Dia juga dihargai atas pengenalan Skrip Mongol dan penciptaan Ikh Zasag, hukum tertulis pertama aturan Mongol. Singkatnya rakyat Mongol melihatnya sebagai sebuah figur fundamental yang mendirikan Kekaisaran Mongol, dan dengan demikian mendirikan Mongolia sebagai sebuah negara.

Netral

Di Cina


Genghis Khan Monument in Hohhot

Ada beberapa pandangan mengenai Genghis Khan di Republik Rakyat Cina dengan beberapa memandangnya secara positif di dalam bagian pro Mongol dimana ada sebuah monumen dan bangunan mengenainya dan dimana ada sekitar 5 juta orang Mongol di daerah tersebut, hampir dua kali lipat populasi Mongolia. Ketika Genghis Khan tidak pernah menaklukan seluruh Cina, anaknya Kubilai Khan menyelesaikan penaklukan tersebut, dan mendirikan Dinasti Yuan yang sering disebutkan sebagai penyatuan kembali Cina. Banyak juga hasil seni dan wacana memuji Genghis sebagai seorang pemimpin militer yang hebat dan ahli politik jenius. Tahun2x ketika Mongol mendirikan Dinasti Yuan meninggalkan catatan yang tak dapat dihapus dalam politik Cina dan struktur sosial untuk berbagai generasi. Secara umum kekuasaan Genghis Khan dan keturunannya, yang menyelesaikan penaklukan Cina setelah 65 tahun perjuangan, menjadi topik yang hangat, bahkan sampai saat ini.

Negatif



Invasions like Battle of Baghdad (1258) by his grandson are disliked in the Iraqi region.

Di Irak dan Iran, dia dilihat sebagai penghancur dan pembantai yang menyebabkan kerusakan dan kehancuran kepada populasi dari area2x tersebut. Sama halnya di Afganistan (bersama dengan negara2x non muslim lainnya) dia dipandang kurang menguntungkan meski beberapa grup menimbulkan pertentangan karena dipercaya bahwa Hazara dari Afganistan adalan keturunan dari bangsa Mongol yang pernah ditempatkan disana. Invasi atas Baghdad, Samarkand, Urgench, Kiev, Vladimir diantara yang lain menyebabkan pembunuhan massal, seperti bagian selatan Khuzestan yang luluh lantak. Keturunannya, Hulagu Khan menghancurkan banyak bagian utara Iran. Diantara rakyat Iran, dia dipandang seperti Alexander dan Tamerlan sebagai salah satu penakluk yang paling dibenci dari Iran. Di Rusia, Timur Tengah, Korea, Cina, Ukraina, Polandia, dan Hungaria, Genghis Khan dan tentaranya diduga menjadi penyebab kehancuran dan kerusakan.

Garis Waktu


The statue before his mausoleum

  • Sekitar 1155, 1162, or 1167: Temüjin dilahirkan dekat Khentii mountains.
  • Pada umur 9 tahun, ayah Temüjin,Yesükhei diracuni oleh suku Tatars
  • c. 1184: Istri Temüjin Börte diculik oleh suku Merkits; Dia meminta bantuan Jamuka dan Wang Khan, dan mereka menyelamatkannya.
  • c. 1185: Anak pertama Jochi lahir; menyebabkan perdebatan mengenai asal-usulnya diantara anak2x Genghis, karena dia lahir tidak lama setelah Börte diselamatkan dari suku Merkits.
  • 1190: Temüjin menyatukan suku2x Mongol, menjadi pemimpin, dan menyusun kode hukum Yassa.
  • 1201: Kemenangan atas suku Jadarans (yang didirikan oleh Jamuka).
  • 1202: Diadopsi sebagai penerus Wang Khan setelah menghancurkan suku Tatars.
  • 1203: Kemenangan atas suku Keraits (Wang Khan). Wang Khan sendiri terbunuh secara tidak sengaja oleh suku Naiman.
  • 1204: Kemenangan atas suku Naiman (Semua konfederensi bersatu dan menjadi bangsa Mongol).
  • 1206: Jamuka terbunuh. Temüjin diberikan gelar Genghis Khan oleh pengikutnya pada sebuah Kurultai (sekitar umur 40 tahun).
  • 1207–1210: Genghis memimpin operasi melawan Xia Barat, yang terdiri dari Barat laut Cina dan Tibet. Pemimpin Xia Barat menyerah kepada Genghis Khan. Selama periode ini suku Uyghurs juga menyerah kepada bangsa Mongol dan menjadi administrator untuk keseluruhan kekaisaran.
  • 1211: Setelah Kurultai, Genghis memimpin tentaranya melawan Dinasti Jin yang menguasai utara Cina.
  • 1215: Bejing jatuh; Genghis Khan menuju ke barat menuju Khara-Khitan Khanate.
  • 1219–1222: Menaklukan kerajaan Khwarezmid.
  • 1226: Memulai operasi militer atas Xia Barat karena membentuk koalisi melawan Mongol, pertempuran kedua melawan Xia Barat.
  • 1227: Genghis Khan meninggal setelah menaklukan orang Tangut. Sebab kematian tidak diketahu, meski legenda menyatakan bahwa dia jatuh dari kuda dalam pertempuran dan terkena penyakit mematikan setelah itu.