Rabu, 07 November 2012

SAM KOK


Zaman Tiga Kerajaan



Zaman Tiga Negara atau juga dikenal dengan nama Samkok (Hanzi sederhana: 三国時代; Hanzi tradisional: 三國時代, hanyu pinyin: sanguo shidai, bahasa Inggris: Three Kingdoms Era) (220 - 280) adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han di mana Cina terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan.

Di dalam sejarah Cina biasanya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat langit untuk berkuasa, namun di zaman ini karena tidak ada satupun negara yang dapat menaklukkan negara lainnya untuk mempersatukan Cina, maka muncullah tiga negara dengan kaisar masing-masing. Cina akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.

Kronologi sejarah

Penghujung Dinasti Han

Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.

Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memurukkan situasi Dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han muncul pemberontakan selendang kuning atau yang lebih dikenal dengan pemberontakan serban kuning, yang dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki wilayah Yu Zhou, Xu Zhou, Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota Ping Yuan, Wan, Xu Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun. Untuk menumpas pemberontakan yang muncul maka pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin sebagai Jendral besar sekaligus perdana menteri. Selama kurang lebih 8 tahun, He jin masih tidak dapat menumpas pemberontakan.

Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo

Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.

Yuan Shao kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.

Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di Cina dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.

Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan memindahkan ibu kota ke Chang'an.

Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.

Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.

Berkuasanya raja-raja perang

Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
  • Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.
  • Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.
  • Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena mempunyai stempel kekaisaran di tangannya.
  • Sun Jian, menguasai Changsha.
  • Dong Zhuo, gubernur Prefektur Liang, namun kemudian merebut ibu kota Luoyang dan memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
  • Liu Biao, menguasai Prefektur Jing.
  • Liu Zhang, menguasai Prefektur Yi.
  • Zhang Lu, menguasai Hanzhong.
  • Ma Teng, menguasai Prefektur Liang.
  • Gongsun Zan, menguasai Semenanjung Liaodong.
Peperangan Guandu dan penyatuan utara


Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang terkenal itu.

Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang. Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan. Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh oleh Gongsun Kang yang takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.

Tahun 207, Cao Cao secara resmi mempersatukan wilayah utara Cina dan merencanakan ekspansi ke wilayah selatan.


Kampanye militer ke selatan dan peperangan Chibi


Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong, anak Liu Biao yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.

Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu dan Cheng Pu memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan terkenal sebagai pertempuran Chibi.


Liu Bei menduduki Prefektur Yizhou

Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun 211 karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao yang memimpin perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara dan barat Cina.

Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk menahan kemungkinan serangan Cao Cao.

Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.


Tiga negara terbentuk


^Peta tiga kerajaan

Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.

Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Tahun 220, Cao Cao meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei dan bertahta dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang mendukung kelanjutan Dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar dengan gelar Zhaoliedi.

Sun Quan menyatakan tunduk kepada Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221 juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223. Liu Chan kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi. Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.

Runtuhnya negara Shu Han

Sepeninggal Liu Bei, negara Shu Han melakukan ekspansi wilayah ke timur laut Shu. tepatnya kota Chang An yang dipimpin oleh Cao Hong dan Sima Yi sebagai penasihatnya. Ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diserang dari belakang saat pelaksanaan gerakan ofensif terhadap Wei di utara. Setelah wilayah di belakang ( maksudnya daerah di Nan Man, yang dikuasai suku bar-bar) berhasil ditenangkan, Shu Han melakukan 5 kali penyerangan ke utara di bawah pimpinan Zhuge Liang dalam kurun tahun 227 sampai 234, mulai dari Tian Shui sampai Wu Zhang dan yang berhasil dikuasai Shu Han hanya Tian Shui saja.

Zhuge Liang meninggal pada peperangan di tanah Wu Zhang atau dikenal dengan peperangan Wu Zhang Plains, dimana Zhuge Liang sebenarnya menggunakan Ba Zhen Du sebagai ilmu sihir tingkat tingginya, namun oleh Wei Yan, perwira Shu Han digagalkannya akibat pengaruh dari Sima Yi. tahun 234 lalu digantikan oleh Jiang Wei yang meneruskan ekspedisi ke utara, namun tidak menghasilkan kemenangan yang mutlak. Liu Chan yang tidak cakap memimpin mempercayakan jalannya pemerintahan kepada menteri kesayangannya Huang Hao. Jiang Wei yang mengajukan mosi tidak percaya kepadanya, malah dituduh berkhianat kepada negara. Ini menyebabkan Wei kemudian berhasil mematahkan pertahanan Hanzhong dan menyerang sampai ke Chengdu, ibu kota Shu Han. Liu Chan menyerahkan diri kepada Wei dan negara Shu Han resmi runtuh pada tahun 263.

Berdirinya Dinasti Jin

Tahun 265, menteri negara Wei, Sima Yan merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin, beribu kota di Luoyang. Ia bertahta dengan gelar Kaisar Wudi. Jin kemudian merencanakan penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal Sun Quan pada tahun 251. Tahun 279, penyerangan Wu dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa perlawanan berarti karena moral prajurit yang rendah. Sebab utama kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim dari kaisar Sun Hao.

Tahun 280, Cina dengan resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut sebagai Jin Barat oleh sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai tahun 420 sebelum Cina kembali terpecah-pecah karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar dari utara.

Sastra

Zaman ini punya popularitas lebih di masyarakat luas karena Luo Guanzhong, seorang sastrawan Dinasti Ming menuliskannya sebagai latar belakang roman sejarah Kisah Tiga Negara (三國演義). Selain itu, ada pula sastra sejarah resmi Catatan Sejarah Tiga Negara (三國志) karya Chen Shou, seorang sejarahwan Dinasti Jin.

Tokoh-tokoh berdasarkan negara

Penghujung Dinasti Han
  • Dong Zhuo, perdana menteri tiran, kemudian dibunuh oleh Lu Bu
  • Yuan Shao, bangsawan dari utara, kemudian dikalahkan Cao Cao
  • Liu Biao, bangsawan dari Jingzhou, musuh bebuyutan keluarga Sun
  • Gongsun Zan, jenderal Han di perbatasan timur laut, kemudian dikalahkan Yuan Shao
  • Lu Bu, jenderal bengis penuh sifat khianat, membunuh 2 ayah angkatnya, akhirnya dihukum mati oleh Cao Cao setelah diingatkan oleh Liu Bei tentang sifat pengkhianatnya yang tidak bisa dipercaya
  • Ma Teng, penguasa Liangzhou, terbunuh karena dijebak oleh Cao Cao
  • Kaisar Xiandi, kaisar terakhir Dinasti Han, menjadi kaisar pada masa anak-anak, menggantikan Kaisar Shao
  • Diaochan, disuruh Wang Yun untuk membuat hubungan Dong Zhuo dan Lu Bu retak
  • Hua Tuo, Seorang tabib terkenal, Ia meyembuhkan luka Guan Yu Ketika Guan Yu teluka, dibunuh oleh Cao Cao karena Huo Tuo mau membelah otaknya untuk menyembuhkan penyakit sakit kepala Cao Cao
Cao Wei

  • Cao Cao, raja perang, mempersatukan utara Tiongkok
  • Cao Pi , anak Cao Cao, kaisar pertama Wei
  • Sima Yi, penasehat militer, kakek Sima Yan kaisar pertama Jin
  • Guo Jia, penasehat militer, mati muda karena sakit
  • Xun Yu, penasehat militer, handal dalam masalah pemerintahan
  • Xiahou Dun, jenderal perang, kehilangan satu matanya karena dipanah
  • Xiahou Yuan,jenderal perang, dikenal karena kemampuan memanahnya
  • Zhang Liao, jenderal perang, mantan bawahan Lu Bu
  • Zhang He, jenderal perang, mantan bawahan Yuan Xhao
  • Dian Wei, pengawal pribadi Cao Cao, tewas demi melindungi kaburnya Cao Cao
  • Pang De, jenderal perang, mantan bawahan Ma Teng
  • Cao Ren, jenderal perang, sepupu Cao Cao
  • Cao Yi, cucu perempuan Cao Cao, anak dari Cao Pi, pemimpin terakhir dari keturunan/marga Cao
Dong Wu

  • Sun Jian, panglima perang, penguasa Changsha, dikenal dengan sebutan "Macan dari Jiang Dong"
  • Sun Ce, anak sulung Sun Jian, peletak dasar negara Wu, suami Da Qiao
  • Sun Quan, adik Sun Ce, kaisar pertama negara Wu
  • Sun Shan Xiang, adik Sun Ce, menjalin hubungan cinta dengan Liu Bei
  • Lu Meng, penasehat militer, kemudian dibunuh oleh arwah Guan Yu
  • Zhou Yu, penasehat militer, suami Xiao Qiao, mati muda karena sakit
  • Zhuge Jin, penasehat militer, kakak Zhuge Liang
  • Lu Xun, jenderal perang, memenangi pertempuran Xiaoting/Yiling
  • Huang Gai, jenderal perang, pura-pura membelot ke Wei saat pertempuran tebing merah
  • Gan Ning, jenderal perang, mantan bajak laut yang membunuh Ling Cao
  • Taishi Ci, jenderal perang, pernah memerangi Sun Ce
  • Da Qiao dan Xiao Qiao, istri Sun Ce dan Zhou Yu
  • Ling Tong, anak Ling Cao, menaruh dendam pada Gan Ning, tetapi akhirnya mereka berdua bersatu berperang mendampingi Sun Quan
  • Ling Cao, jenderal perang,ayah dari Ling Tong,dan dibunuh oleh Gan Ning sebelum Gan Ning bergabung dengan Sun Quan
Shu Han

  • Liu Bei, bangsawan masih keturunan trah Han, ingin meneruskan Dinasti Han
  • Zhuge Liang, penasehat militer jenius, dijuluki 'Naga Tidur'
  • Pang Tong, Páng Tǒng (龐統) (178-213M), adalah penasehat Liu Bei pada zaman Dinasti Han. Nama Taoisnya adalah Phoenix Muda (鳯雛; Fèngchú). Novel epik sejarah Kisah Tiga Negara menggambarkan Pang Tong sebagai seorang ahli strategi militer jenius, dan menempatkannya di tingkat yang setara dengan ahli strategi Zhuge Liang. Kepada Liu Bei, Sima Hui menjuluki Pang Tong dan Zhuge Liang sebagai:
“ Naga Tidur dan Phoenix Muda: bersama salah satu dari mereka, engkau bisa menyelesaikan apa pun di bawah langit.
  • Jiang Wei, jenderal perang, membelot dari Wei, konon mewarisi sebagian dari keahlian Zhuge Liang.
  • Guan Yu, dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei, mampu membuat Cao Cao nyaris memindahkan ibukota dari Xu Chang (versi novel), salah satu dari Jenderal 5 Harimau
  • Zhang Fei, adik angkat Liu Bei, seorang pemabuk berat, salah satu dari Jenderal 5 Harimau
  • Zhao Yun, jenderal perang, pernah mengabdi pada Gongsun Zan,menyelamatkan Liu Chan di Chang Ban yang menjadi kaisar terakhir negeri Shu, salah satu dari Jenderal 5 Harimau yang hidup paling lama
  • Huang Zhong, jenderal perang, dikenal karena kemampuan memanahnya, salah satu dari Jenderal 5 Harimau
  • Ma Chao, jenderal perang, anak Ma Teng, salah satu dari Jenderal 5 Harimau
  • Wei Yan, jenderal perang, berkhianat di Wu Zhang
  • Xing Cai, anak dari Zhang Fei, istri dari Liu Chan
  • Liu Chan, anak dari Liu Bei , ia menjadi kaisar kedua di Shu ketika Liu Bei meninggal
  • Guan Xing, anak dari Guan Yu, mati muda karena sakit
  • Zhang Bao, anak dari Zhang Fei, mati di perang Wu Zhang
  • Guan Ping, anak tertua Guan Yu, ia wafat bersama Guan Yu
  • Ma Dai, Jenderal perang Zhuge Liang, keponakan dari Ma Teng dan sepupu Ma Chao
  • Mi Fang, Jenderal perang Guan Yu, Ia disuruh menjaga Nanjun ketika Guan Yu ke Fan Cheng, kemudian ia dibunuh oleh Liu Bei
  • Fushi Ren, jenderal perang Guan Yu, Ia diperintahkan menjaga Gong'an Ketika Guan Yu ke Fan Cheng, kemudian ia dibunuh oleh Liu Bei
  • Yue Ying, istri dari Zhuge Liang, pernikahan ini diinginkan oleh ayahnya
  • Meng Huo, bekas Raja Man, pernah memberontak/menyerang Shu Selatan, sebelum ditaklukkan habis-habisan oleh Zhuge Liang
Populasi

Populasi di zaman ini dapat dirujuk kepada catatan sejarah oleh Chen Shou yang memperkirakan sekitar 8.640.000 jiwa hidup di dalam wilayah ketiga negara. Di antaranya 4.400.000 jiwa tinggal di dalam wilayah Wei, Wu dan Shu masing-masing berpopulasi 2.300.000 dan 1.940.000.[1] Wei pada dasarnya ditakdirkan untuk menjadi yang terkuat karena memiliki prasyarat yang lebih daripada kedua negara lainnya seperti penguasaan ibu kota negara sebagai pusat kegiatan politik dan ekonomi.

source:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar